Alkisah di sebuah siang di sebuah toko busana muslim yang tak begitu luas masuklah seorang ibu-ibu bersama anak perempuannya. Kebetulan suasana toko saat itu tak begitu ramai dengan pembeli, sehingga Ibu tersebut langsung mendapat pelayanan dari penjaga toko. Padahal biasanya setiap Ibu itu berbelanja di toko tersebut, ia harus menunggu terlebih dahulu agar dilayani oleh penjaga toko.
"Mau cari apa, Bu?" tanya salah seorang mbak penjaga toko yang berdiri di belakang konter jilbab.
"Mau cari mukena, Mbak." jawab si Ibu.
Kemudian si mbak penjaga toko yang menyapa si Ibu tadi memanggil temannya yang lain yang biasa melayani pembelian mukena. Si Ibu dan anaknya kemudian berdiri di depan konter mukena. Di depan mereka beberapa jenis mukena ditampilkan di display.
"Mau cari mukena yang gimana?" tanya si mbak penjaga konter mukena (sebut saja namanya Mbak A) dengan (agak) biasa dan ramah.
"Nyari yang gimana?" tanya si Ibu ke anak perempuannya. "Yang setelan apa yang terusan?"
"Euumm...." si anak berpikir sebentar. "Lihat yang setelan dulu deh." si anak kemudian memutuskan.
"Mbak, lihat yang setelan dulu bisa?" si Ibu bertanya pada si mbak penjaga.
"Itu yang di display semuanya setelan. Harganya 300 (ribu)an ke atas semua lho, Bu." jawab si mbak A. Kedengerannya sih biasa.... cuma agak nyelekit gimana yaaaa.....
"Iya... gak apa-apa Mbak! Mau harganya 300-400 (ribu)an kalau saya cocok, saya beli kok Mbak!" jawab si Ibu dengan cukup tegas.
"300 (ribu)an beneran semua lho, Bu." si mbak A mengulangi penjelasannya seolah-olah si Ibu gak paham.
"Iya, Mbak. Kalau saya cocok pasti saya beli kok." si Ibu gak mau kalah yakin.
Entah dengan alasan apa, si Mbak A itu tiba-tiba melipir minggir. Berbisik ke temen sesama penjaga yang lain (sebut saja Mbak B) agar melayani si Ibu pembeli mukena ini.
Transaksi pembelian mukena itu kemudian dilanjutkan dengan pelayanan dari si mbak B.
Singkat cerita, di akhir transaksi si Ibu dan si anak ini akhirnya tak hanya membeli satu mukena. Mereka membeli dua mukena. Satu mukena setelan untuk sang anak dan mukena terusan untuk si Ibu sendiri. Jumlah belanja si Ibu pun sudah pasti melebihi nominal harga yang diberitahukan si penjaga toko di awal tadi karena si Ibu tak hanya berbelanja satu jenis, tapi dua.
Saat masuk ke dalam toko itu tadi, penampilan luar si Ibu memang terlihat tidak begitu meyakinkan. Ia hanya mengenakan celana kain dengan baju atasan yang biasa, kain kerudung yang ia pakai juga sudah terlihat menipis karena pemakaian yang sudah cukup lama. Ia tak membawa dompet tebal atau menenteng tas bermerk yang hitz. Ia hanya membawa dompet kecil yang seringkali bahkan justru dilupakan keberadaannya karena si Ibu lebih suka mengantongi uang-uangnya daripada harus memasukkannya ke dalam dompet.
Mungkin penampilan tak cukup meyakinkan dari si Ibu itu lah yang membuat si mbak penjaga toko tadi tidak cukup yakin bahwa si Ibu akan serius membeli mukena yang dibaderol seharga 300 (ribu)an ke atas. Mungkin si mbak penjaga toko berpikiran bahwa si Ibu itu hanya akan tanya-tanya (survei) harga tanpa akan serius membeli. Padahal seperti kata si Ibu, "kalau cocok juga pasti dibeli."
Yaahh.... sepertinya ungkapan "don't judge a book by it's cover" itu masih berlaku.
Right?