• Home
  • Review
  • Hiburan
  • Curhat
  • Tentang Saya
Facebook Twitter Instagram Pinterest

NIKKI*

Dalam Bahasa Jepang berarti Catatan Harian : info | cerita | review | hobi | hiburan | kuliner | serba-serbi

Sedikit berlebihan gak sih judul postinganku kali ini..?? Mungkin gak yaa apalagi bagi kalian yang penggemar bulu tangkis dan mengikuti perkembangan bulu tangkis Indonesia.

Nama Simon Santoso memang sempat hilang dari peredaran persaingan tunggal putra dunia karena cedera panjang yang dialaminya. Setelah naik podium juara pada Indonesia Open Super Series Premiere 2012 Simon seolah meredup dan menghilang ditelan cedera. Penampilannya di beberapa turnamen yang diikutinya kala itu juga tak memberikan hasil yang memuaskan. Bahkan di beberapa turnamen Simon terpaksa harus withdrawn (mengundurkan diri dari turnamen) karena cederanya yang belum benar-benar pulih. Kendati Simon sempat kembali naik podium di turnamen Indonesia Open Grand Prix Gold pada September 2013 dan menjuarai ajang Kejurnas PBSI, tak membuat posisi Simon kala itu aman untuk tetap berada di Pelatnas.

Simon Santoso. Juara Indonesia SSP 2012.

Puncaknya pada Januari 2014 lalu, Simon akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Pelatnas setelah ia gagal memenuhi target menembus babak semifinal di dua turnamen pembuka yakni di Korea Open SS dan Malaysia SSP.

Namun, keputusan mengundurkan diri dari Pelatnas tak lantas membuat karir bulu tangkis seorang Simon Santoso habis. Di luar Pelatnas ia tetap bisa berprestasi dan mengharumkan nama Indonesia. Sempat absen di turnamen-turnamen Eropa pada awal tahun ini (seperti German GPG, All England SSP, dan Swiss GPG) Simon kembali turun di Malaysia GPG yang digelar pada 25-30 Maret lalu. Secara mengejutkan, di turnamen pertamanya setelah ia resmi keluar dari Pelatnas Simon langsung keluar sebagai juara setelah di partai puncak ia mengalahkan Sourabh Varma asal India dengan skor 15-21 21-16 21-19.

Simon Santoso. Juara Malaysia GPG 2014

Dua pekan kemudian, di OUE Singapore Open Super Series Simon kembali mencoba peruntungannya sekaligus memberikan pembuktian bahwa ia masih layak untuk diperhitungkan di pertarungan tunggal putra. Di turnamen yang menyediakan total hadiah USD 300.000 ini Simon harus merangkak dari babak kualifikasi lantaran rankingnya yang sudah merosot jauh sehingga tak bisa langsung menembus babak utama.

Secara impresive, Simon kembali menunjukkan permainan terbaiknya. Lawan-lawannya dari babak penyisihan kualifikasi hinggal perempat final di Singapore SS selalu dikalahkannya dalam dua game langsung. Simon tak kehilangan satu game pun.

Baru di babak semifinal yang berlangsung Sabtu (12/4) Simon dihadang lawan berat. Pemain asal China yang juga pemain unggulan kelima Du Peng Yu siap menjegal langkah Simon. Sejatinya babak ini adalah seperti babak final Indonesia Open Super Series 2012 lalu. Simon melawan Du Peng Yu. Dan hasilnya..?? Sama seperti dua tahun lalu. Simon memenangkan duel melawan Du Peng Yu. Skor 16-21 21-17 21-17 dicatatkan Simon sebagai skor kemenangan atas Du Peng Yu yang sekaligus mengubur asa Du Peng Yu untuk menjejak final.

Di partai puncak, Simon ditantang pemain nomor satu dunia asal Malaysia Lee Chong Wei. Simon dan Lee Chong Wei sendiri sudah tidak sekali atau dua kali saja saling bertemu dan berhadapan di turnamen resmi BWF, keduanya sudah 10 kali bertemu. Dan dari 10 kali pertemuan itu Simon hanya 1 kali memenangkan pertandingan yakni pada turnamen Jepang Super Series 2009. Sisanya selalu dimenangkan oleh Lee Chong Wei. Sehingga tak ada yang salah jika pada pertandingan yang dilaksanakan Minggu (13/4) banyak yang memprediksi bahwa Lee Chong Wei lah yang akan keluar sebagai juara. Bahkan penonton yang menyaksikan langsung di Singapore Indoor Stadium lebih banyak yang mendukung Lee Chong Wei dengan meneriakkan namanya.

Namun takdir berkata lain. Dewi fortuna sepertinya tidak berpihak pada Lee Chong Wei sore itu. Simon entah seperti kerasukan tiba-tiba bermain sangat apik sekaligus menakjubkan. Ia bermain sangat sabar, taktis, dan terkontrol. Dari awal game ia sudah langsung menguasai pertandingan. Simon langsung unggul 11-8 di interval set pertama. Tak mau kehilangan momentum, Simon segera saja mengakhiri set pertama dengan kemenangan 21-15.

Di set kedua, Simon semakin bermain apik. Defencenya tak mudah ditembus oleh LCW. Justru beberapa smash-smash dan dropshot dari Simon terlihat menyulitkan LCW. Simon juga sangat sabar melayani permainan LCW sampai kesempatan yang tepat untuk menyerang datang. Dan saat kesempatan menyerang datang... dang.. poin berhasil didapat.
Beberapa kali juga terlihat LCW sampai harus jatuh bangun untuk mengembalikan bola dari Simon. LCW sore itu nampak seperti kehilangan cara untuk menghentikan Simon.

Hasil akhirnya....??
Menakjubkan...
Pemain dari kualifikasi sukses naik podium juara.
Simon memenangkan pertandingan final melawan LCW tersebut dalam dua game. 21-15 21-10.

ekspresi kemenangan Simon
Juara dan Runner Up
Our Champion..!! SIMON..!!

Melihat permainan di dua turnamen yang diikuti Simon setelah ia mengundurkan diri dari Pelatnas, Simon seperti tampil sangat lepas seolah tanpa beban. Ia terlihat sangat menikmati setiap pertandingan yang dilakoninya. Sehingga seperti apa pun hasil yang akan diperolehnya seakan tak menjadi masalah. Namun siapa sangka, dua turnamen awal yang diikutinya langsung berbuah juara.

Tampil lepas seolah tanpa beban ini juga sebenarnya sudah ditunjukkan Simon pada gelaran Djarum Superliga yang berlangsung Februari lalu. Simon yang saat itu membela klub Musica Champion terlihat selalu menikmati pertandingan yang dijalaninya. Begitu pun saat di laga final Superliga. Melawan Nguyen Tienh Minh yang membela Tim Jaya Raya Jakarta dan dalam skor kondisi tim tertinggal 0-2 Simon tampil meyakinkan. Ia justru berhasil mengalahkan Nguyen dengan skor 21-16 21-18 dan memperkecil poin ketertinggalan tim menjadi 1-2 sekaligus menjadi pembuka kemenangan tim.

"Minimal saya bisa tunjukin lah bahwa saya di luar pun (luar Pelatnas, -red) saya juga bisa..."

Begitulah kata Simon setelah ia sukses membawa Musicta Champion tim yang dibelanya di Superliga keluar sebagai juara...

Yaa....
Dan Simon Santoso memang belum habis sodara-sodara.. ia masih punya 'taji'.
Simon Santoso is back.. :D

Semoga kemenangannya di Malaysia GPG dan Singapore SS dapat membuahkan juara-juara yang lain.

Dan semoga ini juga memberikan suatu lecutan semangat bagi tunggal-tunggal putra Indonesia lain untuk segera menyusul membuahkan prestasi juara. Naik di podium tertinggi kejuaraan-kejuaraan bergengsi dunia....


Eh, ini nih buat yang mau nonton gimana aksi kerennya Simon Santoso saat mengalahkan Lee Chong Wei di Final Singapore SS.... :D




*gambar-gambar dari badmintonindonesia.org
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sang tunggal putra itu pun akhirnya meninggalkan markas besar Pelatnas Cipayung.

Simon Santoso. Pemain tunggal putra Indonesia kelahiran Tegal, 29 Juli 1985 itu pun mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dari Pusat Pelatihan Nasional (Pelatnas) dan 'pulang' ke club asalnya Tangkas Jakarta setelah gagal memenuhi target PP PBSI di dua turnamen pembuka di tahun 2014 ini.

Juara Indonesia Open Superseries 2012 dan juara Indonesia Open Grand Prix Gold 2013 ini ditargetkan dapat masuk semfinial di turnamen Korea Open Superseries dan Malaysia Open Superseries Premiere, namun Simon gagal memenuhi targer di dua turnamen tersebut. Di Korea Open Superseries, Simon hanya sampai di babak pertama. Perjalanannya harus terhenti setelah dikalahkan oleh pemain ranking 2 dunia asal China, Chen Long dengan skor 11-21 12-21. Sementara itu, di Malaysia Open Superseries Premiere, Simon yang harus berjibaku dari babak kualifikasi justru harus angkat koper jauh lebih awal. Jangankan masuk ke babak utama seperti saat Korea SS, lolos kualifikasi saja tidak. Pemain berusia 28 tahun ini dikalahkan 21-14 22-24 19-21 oleh Gao Huan dari China babak penyisihan kualifikasi.

Berdasarkan dari hasil dua turnamen itu, Kabid Binpres PP PBSI Rexy Mainaky melakukan pemanggilan terhadap Simon dan melalukan pembicaraan terhadap nasib Simon di Pelatnas Cipayung. Dan hasilnya... Simon mengundurkan diri.

Simon saat menjuarai Indonesia Open SSP 2012

Dikutip dari jpnn.com (dalam Samarinda Pos Online) Simon memberikan surat pengunduran dirinya pada Pelatnas kemarin (22/1). Dijelaskan juga bahwa Simon akan kembali berlatih di klubnya Tangkas Jakarta. 

"Saya sudah menyerahkan surat mundur kepada PP PBSI. Setelah ini saya akan kembali berlatih di klub lama Tangkas Jakarta. Harapan saya tetep bisa berprestasi dan memperbaiki rangking serta mengembalikan performa," tutur Simon.

Menanggapi pengunduran diri Simon, Om Rexy *saya panggilnya Om, karena yaa biar lebih sopan. Masa' panggil Pak (?)* membenarkan bahwa Simon sudah tak lagi di Pelatnas.
Lantas, dengan mundurnya Simon siapakah yang akan mengisi slot tunggal putra prestasi menggantikan Simon? Om Rexy memproyeksikan Jo (Jonatan Christie) dan Ihsan (Ihsan Maulana Mustofa) yang saat ini masih berada di kategori potensi sebagai pengganti Simon alih-alih Wisnu Yuli Prasetyo atau Riyanto Subagja yang sebenarnya lebih senior dibandingkan Jo dan dan Ihsan yang 'baru saja lulus' dari level junior. Bahkan Jo di tahun 2014 ini masih diproyeksikan sebagai MS andalan merah putih di ajang World Junior Championship dan Youth Olympic Championship setelah rekannya Ihsan sudah tak bisa mengikutinya lagi lantaran umur yang sudah melewati batas maksimal. *Jo kelahiran tahun 1997 dan Ihsan kelahiran 1995*

"Kita harapkan Jonathan (Jonathan Cristie, Red) atau Ihsan (Ihsan Maulana Mustofa, Red)," tulis Kabid Binpres PP PBSI, Rexy Mainaky lewat pesan singkat *masih dikutip dari jpnn.com (dalam Samarinda Pos Online)*

Nama Jo dan Ihsan ini muncul setelah kecemerlangan mereka di ajang World Junior Championship 2013 yang digelar di Bangkok, Thailand 23 Oktober-3 November 2013 lalu.
Jonathan berhasil mencapai delapan besar dan mengalahkan unggulan kedua turnamen sekaligus wakil tuan rumah, Thammasin Sitthikom. Sedang Ihsan mencapai semifinal.
 
Lantas bagaimana dengan Thomas Cup yang menjadi salah satu 'miles stone' *pinjam istilahnya Pak Gita* yang ditetapkan oleh PP PBSI. Piala Thomas (dan Uber kalau bisa) harus pulang kembali ke Indonesia. Piala Thomas yang sudah hampir 12 tahun tak pernah pulang kembali ke Tanah Air, yang terakhir kali pulang ke pelukan Ibu Pertiwi pada tahun 2002 harus dibawa pulang oleh punggawa merah putih.

"Dia (Simon) siap dipanggil ke dalam skuad Piala Thomas tahun ini jika memang masih dipanggil. Dia akan bermain secara profesional," kata Om Rexy menjawab mengenai permasalahan Tim Thomas setelah mundurnya Simon.

Sedikit flashback mengenang Final Thomas Cup 2002 yang saat itu skuad Thomas Cup masih diperkuat oleh pemain-pemain lawas seperti Taufik Hidayat, Marleve Mainaky (sekarang jadi pelatih tunggal putri Pelatnas), Sigit Budiarto/Candra Wijaya, Tri Kusharjanto/Halim Haryanto, dan Hendrawan.

Final Thomas Cup 2002. Saat itu Indonesia vs Malaysia
- Tunggal pertama : Marleve Mainaky vs Wong Chong Hann 5-7 5-7 1-7 *kalah* :'(
- Ganda pertama : Sigit Budiarto/Candra Wijaya vs Chew Choong Eng/Chan Chong Ming 7-3 7-4 7-2 *menang* :')
- Tunggal kedua : Taufik Hidayat vs Lee Tsuen Eng 7-1 5-7 2-7 3-7 *kalah* :'(
- Ganda kedua : Tri Kusharjanto/Halim Haryanto vs Lee Wan Wah/Choong Tan Fook  8-7 7-8 7-1 7-3 *menang* :')
- Tunggal ketiga : Hendrawan vs M.Roslin Hashim 8-7 7-2 7-1 *menang* :')

P.S: gak ngerti tuh gimana sama sistem angka 7. Pokoknya Tim Thomas Indonesia menang 3-2 dari Malaysia gitu aja deh... *wkwkk*

Tim Thomas 2002 *rata2 sekarang pada jadi pelatih* :D

Memang sedikit mengagetkan sekaligus menyayangkan meskipun sudah ada beberapa yang memprediksikan bahwa ending dari karir Simon di Pelatnas Cipayung akan seperti ini. Namun, seperti apa kata pepatah roda akan selalu berputar. Simon yang pernah mengalami kondisi di atas dengan raihan-raihan prestasi yang diraihnya kini harus di bawah, kembali harus berjuang untuk memutar kembali rodanya agar ia bisa kembali di atas walau harus berkorban keluar dari Pelatnas untuk memberikan kesempatan kepada junior-juniornya untuk ikut merasakan bagaimana kerasnya pertarungan tunggal putra dunia. Memberikan estafet regenerasi kepada adik-adiknya untuk membanggakan dan mengharumkan nama bangsa Indonesia melalui bulutangkis sektor tunggal putra.

Mundurnya Simon dari Pelatnas juga bukan sebuah titik mati bagi karir pria Tegal ini. Berkarir melalui jalur independen (atau sering disebut jalur profesional) di luar Pelatnas bisa menjadi pilihan untuk membangun karir kembali sekaligus membuktikan bahwa sebenarnya Simon belum habis. Ia mundur dari Pelatnas hanya untuk memberikan tempatnya pada adik-adik yang sangat disayanginya yang diharapkannya dapat menggantikan dirinya berdiri di podium tertinggi sektor tunggal putra di turnamen-turnamen bergengsi dunia.

Sayonara Simon... :'( *gambar pinjam dari sini*

Simon Santoso...
Terima kasih atas segala dedikasi yang engkau berikan selama hampir 11 tahun (2003-2014) bergabung di Pelatnas Cipayung.
Semoga kami para pecinta bulutangkis Indonesia masih dapat melihat aksimu di lapangan hijau, meski kau tak lagi bergabung di 'kawah candradimuka' bulutangkis Indonesia.

Simon Santoso. Indonesia GPG 2013.
*gelar terakhir dengan label 'pemain Pelatnas' (selain Kejurnas) *


  *P.S : Tulisan lain tentang Simon yang paling saya suka. Tulisan dari Bang Ega (wartawan Top Skor). Bisa dibaca disini. Atau langsung aja klik ke http://foodballgame.wordpress.com/ 
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Older Posts

About Me


Hai!! Namaku Fitrotul Aini.
Tapi panggil saja aku Fitri.
Hanya 'part time personal blogger' tapi 'full time dreamer'.
 Bisa klik DISINI untuk tahu tentang aku dan blog ini yang selengkapnya.

Terima kasih sudah mengunjungi blogku ini.
Enjoy your reading.. :)

Contact me on : 
fitrotulaini1@gmail.com
or
Find me on :

Pengunjung

Teman-Teman

Blog Archive

  • ▼  2024 (1)
    • ▼  Maret (1)
      • [REVIEW] Keajaiban Toko Kelontong Namiya : Mempela...
  • ►  2023 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2021 (8)
    • ►  April (1)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2019 (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (2)
  • ►  2017 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  April (2)
  • ►  2016 (52)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (12)
  • ►  2015 (42)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (6)
  • ►  2014 (27)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2013 (13)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (3)
  • ►  2012 (46)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2011 (59)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (9)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2010 (8)
    • ►  Desember (8)
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular

  • [REVIEW] LAKI-LAKI KE-42 : Lika-liku Pertemuan Belahan Jiwa
    Judul : Laki-laki ke-42 Penulis : Atalia Praratya Penerbit : Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit : 2021 ISBN : 9786020641065 Tebal ...
  • [REVIEW] Keajaiban Toko Kelontong Namiya : Mempelajari Makna Hidup dari Sebuah Toko Kelontong
    IDENTITAS BUKU :  Judul : Keajaiban Toko Kelontong Namiya  Penulis : Keigo Higashino  Alih Bahasa : Faira Ammeda  Penerbit : Penerbit Gramed...
  • [REVIEW] The Red Sleeve : Kisah Cinta Sejati Sang Raja
    "Ada banyak wanita di dunia. Banyak yang berasal dari keluarga hebat yang berpendidikan tinggi dan memiliki karakter yang baik. Mereka ...
  • [REVIEW] Rencana Besar untuk Mati dengan Tenang : Upaya Berdamai dengan Luka dan Trauma
    IDENTITAS BUKU :  Judul : Rencana Besar untuk Mati dengan Tenang  Penulis : Wisnu Suryaning Adji  Penerbit : Penerbit Bentang (PT Bentang Pu...
  • Coretan Fitri tentang DAY6 The Book of Us : Negentropy - Chaos swallowed up in love
    Halo selamat malam teman-teman semuaaa.... Fitri menulis tulisan ini sambil mewek jelek karena Senin, 19 April 2021 pukul 6.00 PM KST atau 4...

Member

Member

Member

Emak2Blogger

Member

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose