• Home
  • Review
  • Hiburan
  • Curhat
  • Tentang Saya
Facebook Twitter Instagram Pinterest

NIKKI*

Dalam Bahasa Jepang berarti Catatan Harian : info | cerita | review | hobi | hiburan | kuliner | serba-serbi

Duh... duh... siapa sih yang enggak kenal dengan bapak Ridwan Kamil? Pemimpin (Walikota) Bandung yang ganteng ini....#eeaaaa. Secara sepintas yang bisa dilihat dari pemberitaan-pemberitaan di media, bapak wali yang satu itu adalah sosok yang berwibawa, tegas, dan berhasil membawa kota yang dipimpinnya ke arah yang jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Selain itu, beliau juga sosok yang ramah sekaligus lucu dalam beberapa kesempatan. Beberapa alasan ini yang mungkin bisa membuat menjadi salah satu sosok pemimpin daerah yang difavoritkan oleh banyak orang. Nggak cuma warga Bandung, tapi juga warga lain di seluruh Indonesia. Termasuk (mungkin) aku salah satunya. Heheee....

Kalau Pak Walinya kayak gini, jadi warga yang baik deh! :v
(Sumber: twitter Kang Emil @ridwankamil )

Dan, siapa sih yang gak kenal sama yang namanya Instagram? Iyaaa.... itu loh, sosmed yang biasa dipake buat posting-posting foto-foto/gambar-gambar. 

Gak cuma anak gaul doang dong yang make Instagram buat uploadin foto-fotonya. Tapi yang sekelas walikota pun make sosial media ini buat tempat 'nyampah' foto-fotonya.

Bagi Kang Emil Instagram itu udah dijadikan kayak album pribadinya. Tempat beliau 'nyampah' mengekspresikan segala macam hal yang beliau rasakan. Maka gak heran di Instagram kita bisa ngeliat Kang Emil posting berbagai macam foto yang disertai caption-caption lucu yang seringkali bisa mengundang senyum bahkan bisa bikin ketawa ngakak. Beda dengan penggunan Facebook dan twitter. Facebook beliau gunakan untuk membagikan informasi sekaligus sosialisasi program-program Pemkot. Sementara twitter yang selain digunakan untuk menginfokan tentang kegiatan Kang Emil sebagai walikota sekaligus tempat warga bisa berinteraksi dengan Kang Emil. Seringkali Kang Emil terlihat membalas mention dari followers di twitter. Gak cuma mention yang serius, mention yang gak serius pun suka dibalas oleh Kang Emil

Iya deh Pak kalau gitu... saya milih single aja... :v

Nah.... balik ke Instagram. Dari berbagai foto yang udah diunggah Kang Emil di akun IG-nya nih ada beberapa foto yang sukses bikin aku ngakak guling-guling waktu ngeliatnya. Postingan itu sebenernya Kang Emil nge-repost postingan followersnya. Postingannya foto-foto Kang Emil yang sudah diedit. Parahnya foto-foto yang sering kena korban edit oleh followers Kang Emil ini justru foto-foto Kang Emil bersama Bu Atalia (istri Kang Emil) yang sebenernya keren dan cukup romantis. Tapi setelah diedit, justru jadi sukses bikin (aku) ngakak. Ditambah caption dari Kang Emil yang sukses bikin tambah ngakak! :v

Ini foto aslinya! (Korban pertama)
Editan #part1 *kata Pak Wali mah pait!*
Editan #part2 *kata Pak Wali ditikung warga sendiri*
Editan #part3 *Pak Wali jadi Akang Min Hoo* :p


Foto asli (korban kedua)
Eaaaakkkkkk....... diedit jadi wajah Bang Mimin lagi.....!!!
Dan sepertinya ini ending dari drama Pak Wali - Bu Wali - Bang Mimin :p

Ckckckck.... aku bener-bener gak habis pikir (setelah puas ketawa ngakak!) Ide ngedit gambar macem itu datang darimana coba? Apa dari si followers yang ngefans banget sama Kang Emil? Ngefans (juga) sama Bu Atalia? Ngefans keduanya? Atau mungkin lagi iseng-iseng berhadiah (berhadiah di repost sama Kang Emil maksudnya) :p. Tapi aseli foto-foto editan yang dipost Kang Emil itu petjah! Sukses bikin ngakak. Apalagi yang versi Kang Emil jadi Lee Min Hoo. Alamak.... Lee Min Hoo! :v

Aku sih memang bukan orang Bandung, bukan juga orang yang lahir dan besar di Bandung. Atau pendatang yang sekarang tinggal di Bandung. Bukan. Bukan itu semua! Jangankan lahir dan besar atau sekarang tinggal di Bandung, mengunjungi kota yang terkenal dengan landmark Gedung Sate-nya itu saja baru sekali seumur hidup, saat dateng ke nikahannya Mas misananku (anaknya Budhe) Oktober tahun lalu.

Tapi jadi followersnya Kang Emil di Instagram itu bener-bener hiburan banget. Selain menghibur, juga ada sedikit rasa ikut bangga akan pencapaian-pencapaian dan prestasi yang beliau dapat. Di jaman sekarang gak banyak pemimpin yang seperti Kang Emil ini. Yang sangat concern dalam pekerjaannya. Tapi juga tetap menyempatkan berinteraksi dengan warga dan masyarakat, dan tetap apa adanya. Gak kehilangan sense of humor (karena gak selamanya pejabat harus tampil selalu serius) :)

Terima kasih sudah mau berbagi dengan kami para warga, Pak Ridwan Kamil.
Sukses terus untuk bapak! :)





PS: Bang Mimin = Lee Min Hoo (sebutan konyol dari Amel - mantan temen sekosan buat Lee Min Hoo) :v




Salam dari saya yang bukan warga Bandung
tapi jadi followers bapak di Instagram
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Entah darimana aku ingin menuliskan ceritaku kali ini. Bagiku sosok yang akan kutuliskan ceritanya kali ini adalah sosok yang membawa pengaruh besar dalam perjalanan kami (aku, Mbak Rakhma, Yaya, Hapsari, dan juga Fingky) sebagai seorang pecinta bulu tangkis.

Sosok yang pada awalnya kuanggap begitu 'menakutkan' tapi justru pada akhirnya menjadi sosok yang sangat-sangat hangat dan sangat-sangat berjasa bagi kami.

Dan jika aku diizinkan, aku ingin menyebut beliau sebagai "Our Fairy Daddy" :)

Could we call you 'our Fairy Daddy", Om Rexy?

Beberapa orang berpikiran bahwa sosok Rexy Mainaky adalah sosok yang tegas, kaku, dan 'menyeramkan'. Hal ini terjadi karena Om Rexy, begitu kami biasa memanggil beliau, terlihat sangat tegas saat berbicara di hadapan media, apalagi mengenai atlet-atlet bulu tangkis yang ada di Pelatnas.

Itu juga sih yang ada di pikiranku (dan juga Mbak Rakhma, Yaya, Kak Hap, dan Fingky) pada awalnya. Namun semua itu kemudian berubah saat pelan-pelan kami mulai kenal Om Rexy secara lebih personal.

Buatku pribadi, pertemuan pertamaku dengan Om Rexy adalah saat gelaran Indonesia Open Grad Prix Gold (INAGPG) pada 2013 lalu di Yogyakarta. Karena alasan 'misi masa depan' yang kala itu sedang kucoba untuk kurealisasikan, aku (yang saat itu sangat dibantu Mbak Rakhma) mencoba menemui Om Rexy, meminta izin dan juga approval untuk jalan mewujudkan 'misi masa depan'. 

Berjanji bakal ketemu jam 10, tapi jam 10.15 Om Rexy baru bisa datang, Om Rexy tiba-tiba secara mengejutkan mengajukan sebuah pertanyaan mencengangkan di pertemuan kami yang pertama itu..

"Kamu marah nggak sama saya?"

Asli mendadak cengo pas itu. Pertanyaan macam apa ini? Aku harus jawab apa? Kalau salah jawab bisa-bisa jadi berabe....

"Nggak Om. Saya nggak marah," jawabku pada akhirnya sambil tegang setengah mampus. Coba pikir deh, kalau pun aku bener-bener marah mana berani jawab jujur? Mending boong aja daripada ada apa-apa. Tapi mau marah juga, mana berani? Kalau sampe beneran berani marah bisa-bisa ntar kualat dan apesnya bisa ngebatalin semua rencana yang udah disusun.

"Harusnya kamu marah sama saya..."

"Eh...??" cengo (lagi!!)

"....karena saya gak tepatin janji saya untuk ketemu kamu jam 10. Saya terlambat. Seharusnya kamu marah sama saya."

*FIX!! Melongo denger penjelasannya*

First impression... tegang parah..!!
Second impression, masih di hari yang sama. Tapi udah bisa haha-hihi.
Setelah nongkrongin Om Rexy tanding dengan beberapa pemain legenda lain
setelah babak SF INAGPG selesai.

Kejutan pun terjadi di pertemuanku yang selanjutnya dengan Om Rexy. Dua bulan setelah pertemuan di INAGPG, aku mendapat kabar bahwa PBSI yang bekerja sama dengan sebuah produk minuman menggelar acara bertajuk Grass Root Angkat Raketmu di Kota Malang dan Om Rexy akan menjadi salah satu pengisi acaranya.

Tanpa ada niatan apa-apa, hanya ingin melihat gimana keseruan acaranya sekaligus mencoba peruntungan siapa tahu bisa foto bareng dengan Hayom dan Firda akhirnya aku dan beberapa teman datang ke lokasi acara. Acara Angkat Raketmu di Malang ini digelar di tiga lokasi. Di Perumahan Sawojajar I, Sawojajar II, dan di Desa Ngaglik Batu. Di lokasi pertama, banyak sekali orang yang datang. Wajar, di lokasi pertama ini sekaligus menjadi lokasi pembukaan acara rangkaian Angkat Raketmu di Malang yang dihadiri Ketua Umum PP PBSI, Pak Gita Wirjawan.

Saat rombongan pengisi acara datang aku memilih berdiri agak menjauh dari kerumunan warga tapi masih bisa melihat mobil yang membawa rombongan dan juga bisa melihat saat rombongan turun dari mobil. Saat turun dari mobil, Om Rexy gak sengaja melihatku, dan yang mengagetkanku beliau ingat denganku.

"Lho, kamu..." kata Om Rexy sambil menunjukku saat beliau turun dari mobil. Aku cuma bisa nyengir.

Di lokasi kedua, orang-orang yang datang tak sebanyak di lokasi pertama. Jadi aku sedikit berani menghampiri Om Rexy yang sedang beristirahat di tenda tamu. Sekalian juga menemani teman-teman yang pengen foto bareng sama beliau.

Sempat membicarakan lagi 'misi masa depan' yang sempat aku bicarakan saat di Jogja, tapi aku kemudian justru 'mengerjai' Fingky yang sedang ngebolak-balik, muter-muter, ngelihat-lihat dengan penasaran raket milik Om Rexy yang dipinjamnya dari asisten Om Rexy. Om Rexy yang saat itu sepertinya menangkap ada hal ganjil dari Fingky aku bisikin aja..

"Dia sebenarnya atlet, om. Biasa main..."

Bisikan iseng ini akhirnya berbuah pada pertandingan hiburan. Fingky berpasangan dengan Hayom bertanding melawan Om Rexy yang berpasangan dengan warga setempat. Hehee... Gomennasai, Fing... *peace*







Tak puas mengikuti acara Angkat Raketmu di tempat kedua, aku dan teman-teman akhirnya ikut juga ke tempat ketiga, di Batu.

Pokoknya hari itu, full sehari ngikutin Om Rexy di acara Angkat Raketmu deh judulnya.. Hehee...

Tapi sayang, 'misi masa depan' yang aku rancang sampai jauh-jauh ke Jogja akhirnya gagal terlaksana karena gak dapat izin. Akhirnya karena misi itu gak berlanjut, aku pun gak berencana mengontak Om Rexy lagi.. :'( *nangis di pojokan* 

But, I must say a ton of thank you to Mbak Rakhma... karena dia lah kita tetep bisa in contact dengan Om Rexy.

Lama tak pernah bertemu Om Rexy, kami berlima bertemu Om Rexy lagi saat pertandingan Simulasi Thomas-Uber Cup yang dilaksanakan di GOR Sritex, Solo pada 26 April 2014. Saat Om Rexy sampai di GOR aku dan Fingky menyapa Om Rexy, ini entah beneran heran atau cuma pengen menggoda beliau berkata... "Lho, kalian sampai sini juga? Mau ngapain? Mau tanding lagi? (pertanyaan terakhir khusus ditujukan buat Fingky. Sepertinya beliau masih ingat betul dengan pertandingan hiburan yang terjadi di Malang yang sudah hampir berlalu sekitar 5 bulan saat itu).

Sayang, di hari H pelaksanaan pertandingan simulasi Thomas-Uber itu jadwal Om Rexy sangat padat sehingga membuat kami gak bisa mengobrol dengan beliau. Om Rexy cuma sempat menyapa Mbak Rakhma.
Tapi karena kita adalah makhluk-makhluk (?) yang belum ngerasa puas kalau ketemu Om Rexy tapi gak bisa ngobrol akhirnya nekat untuk nyamperin ke penginapan Om Rexy (tentunya setelah mendapat izin dan waktu janjian ketemu juga). Beruntungnya waktu kita kesana, rombongan sudah dijadwalkan untuk check out. Jadilah waktu yang sedikit itu kita gunakan untuk ketemu dan ngobrol dengan Om Rexy. Selain ngobrol, kita juga ngasih hadiah ulang tahun untuk beliau.

"Apa ini..??" tanya Om Rexy saat menerima hadiah yang diserahkan Mbak Rakhma.

"Sedikit dari kami. Hadiah ulang tahun buat Kak Rexy." jawab Mbak Rakhma. Khusus Mbak Rakhma yang memanggil Om Rexy dengan panggilan 'Kak'.

"Ulang tahun saya kan sudah lewat sebulan. Kalau dirayain lagi sekarang, umur saya nambah lagi dong..." canda Om Rexy.

Dan kami berlima cuma bisa ketawa.

Pertemuan selanjutnya kami yang harus terjadi tanpa Yaya karena dia gak bisa ikut, terjadi saat INASSP Juni 2014. INASSP ini benar-benar menjadi turnamen dimana kami harus sangat berterima kasih pada Om Rexy. Kami banyak sekali dibantu selama nonton turnamen besar ini. Pernah dalam satu kali kesempatan, beliau mengantarkan kami sampai benar-benar masuk ke dalam tribun penonton. Benar-benar memastikan bahwa kami sudah duduk manis di kursi tribun penonton.

Dalam kesempatan lain, kami berempat dapat kesempatan untuk mengobrol lagi dengan Om Rexy. Mengucapkan terima kasih atas bantuannya, menanyakan beberapa hal yang membuat kami penasaran, hingga bermain tebak-tebakan konyol yang sebelumnya tak pernah terbayangkan dalam otakku bisa dilakukan. Main tebak-tebakan konyol dengan Kabid Binpres PBSI yang terkenal tegas dan serius!!

Di kesempatan itu pun, yang secara tak sengaja saat kami baru saja datang Om Rexy sedang mengobrol serius dengan pemain ganda campuran Jerman, Michael Fuchs-Birgit Michels dan ditemani oleh Greysia Polii. Setelah mereka selesai mengobrol Greys, Fuchs dan Michels yang hendak pamit malah dipanggil lagi, mengatakan pada mereka bahwa kami berempat ingin foto bersama mereka, padahal sejujurnya kami berempat gak ada niatan itu sama sekali. Tapi yaaa karena ini 'ditawari' Om Rexy, siapa bisa nolak..?? Lumayaaannn....

Begitu juga saat pasangan ganda campuran India, Tarun Kona-Ashwini Ponappa lewat. Mereka dipanggil dan kami disodori untuk bisa foto bersama dengan mereka.


Om Rexy-nya mana...??
Beliau yang nge-foto-in..!! >.<
Pertemuan selanjutnya, aku harus absen. Mbak Rakhma dan Yaya yang ketemu sama Om Rexy di Sirnas Solo (hampir) tepat seminggu setelah INASSP. Sebenernya pengen ikut... tapi apa daya uang udah tiris habis dipakai nonton INASSP membuatku batal ikut.

Di kesempatan itu, Yaya yang waktu INASSP gak ikut gabung dengan kita secara tak terduga diingat sama Om Rexy. 'Hilangnya' Mbak Rakhma dan Yaya dari tribun penonton Sirnas juga sempat bikin panik Om Rexy sampai-sampai mereka berdua dicariin. Padahal saat itu, Mbak Rakhma dan Yaya cuma lagi nge-charge HP.

Gak afdol sih kalau ketemu Om Rexy tapi gak ngbrol. Mbak Rakhma sama Yaya pun akhirnya ngobrol-ngobrol juga sama Om Rexy. Beberapa obrolan dan cerita tentang atlet sukses dikorek.

Di kesempatan itu juga, Mbak Rakhma memberikan kaos yang di belakangnya berisi coretan-coretan kami ke Om Rexy plus surat tebak-tebakan konyol tambahan dari Fingky yang sampai detik ini tebakan-tebakan itu belum terjawab yang bisa kujamin sudah lupa. Hahaa...

Dan aku cukup yakin, momen Sirnas Solo sepertinya gak akan dilupakan Mbak Rakhma dan Yaya karena ada kisah mengantar wedhang jahe untuk Om Rexy yang sedang flu berat.. :)

Yaya - Om Rexy - Mbak Rakhma. Sirnas Solo, Juni 2014.
Ini kaos dari kami

Akhirnya, di titik ini aku pribadi kemudian bersyukur dapat dipertemukan dan menjadi dekat dengan orang sebaik Om Rexy. Saat di luaran sana banyak orang membicarakan beliau 'ini dan itu', mengatakan kalau Om Rexy seperti 'ini dan itu', aku bisa menjawab dan berkata bahwa Om Rexy tidak 'ini dan itu' seperti yang kalian bilang. Beliau orang yang beda. Kalian harus mengenalnya lebih dekat.

Memang, beberapa kali pertemuanku dengan peraih emas ganda putra Olimpiade Atlanta 1996 ini tak bisa menjadi tolak ukur bahwa aku sudah bisa benar-benar mengenal beliau. Tapi setidaknya, aku sudah bisa melihat secara lebih dekat dan dengan mata kepalaku sendiri dan mengalaminya serta merasakannya dalam pengalamanku mengetahui secara personal sosok seorang Rexy Mainaky.

Dibalik sikap tegas dan seriusnya, ada sikap santainya.
Dibalik sikap kaku dan disiplinnya, ada sikap menghargai orang lain.
Dan dibalik 'kehororannya', ada sifat humor yang begitu kental.





Memang, untuk mengenal seseorang jangan hanya dari 'kata orang' atau melihat penampilannya di luar. Tapi cobalah untuk mendekatinya, mengenalnya lebih dekat.

Dan hari ini, di akhir tulisan panjang yang tak begitu penting ini....
Aku ingin mengucapkan...

"SELAMAT ULANG TAHUN, OM REXY MAINAKY"

Semoga Tuhan memberikan umur yang berkah...
Selalu dilimpahi kesehatan...
Diberikan kelancaran rezeki, dan juga diberikan kelancaran dalam urusan-urusan yang sedang ditangani.
Selalu dalam lindungan Tuhan.
Bahagia bersama keluarga... :)

Terima kasih untuk 'keajaiban' tetap mengingat dan mengenal saya dan teman-teman. Makhluk-makhluk kecil yang mungkin hanya menjadi pengganggu..
Terima kasih untuk setiap kesempatan, pengalaman dan cerita-cerita yang dibagi kepada kami selama hampir 2 tahun ini.
Semoga kami diberi kesempatan lagi untuk bertemu dengan Om Rexy.. untuk main tebak-tebakan lagi :p. Untuk bisa mendengarkan cerita dan pengalaman-pengalaman serta pengetahuan-pengetahuan lain di masa mendatang.
Karena dari pengalaman-pengalaman itulah kami menjadi belajar untuk menjadi mengerti, memahami,  menghargai, berempati, dan memuji... :)
Berhenti menjadi kami yang hanya bisa meminta, menuntut, dan mencemooh... :)

Sekali lagi, 
Selamat ulang tahun, Om Rexy....
Our Fairy Daddy.... :)

Dari saya-Fitri mewakili Mbak Rakhma, Fingky, Yaya, dan Hapsari... :D



Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Mengikuti perkembangan sesuatu yang kita sukai ternyata membawa sebuah kesenangan dan kebahagiaan tersendiri.

Sebagai penikmat dan pecinta bulutangkis, bisa datang dan menonton langsung sebuah pertandingan adalah salah satu kesenangan tersebut. Bisa melihat atlet-atlet penepok bulu itu berlaga secara langsung di depan mata tanpa terhalang oleh layar televisi adalah sebuah pengalaman paling menyenangkan, berharga, dan tak akan terlupakan. Begitupun pengalaman bertemu langsung dengan orang-orang 'hebat', orang-orang yang prestasinya sudah tak diragukan dan diakui oleh dunia perbulutangkisan.

Sosok seorang atlet atau mantan atlet yang kini beralih menjadi seorang pelatih tentunya menjadi sosok yang paling banyak dan sering ditemui di turnamen-turnamen. Sebut saja pemain-pemain seperti Liliyana Natsir, Tontowi Ahmad, M. Ahsan, Hendra Setiawan, Markis Kido, dan juga atlet-atlet lain yang saat ini masih aktif membela merah putih di turnamen-turnamen bulutangkis dunia. Atau Taufik Hidayat, Rexy Mainaky, dan Ricky Subagja yang merupakan mantan atlet yang pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional dengan pencapaiannya mendapatkan emas Olimpiade.

Namun pada postingan kali ini, aku gak akan bahas pengalamanku bertemu dengan mereka para atlet. Aku ingin menceritakan pengalaman singkat bertemu dengan salah satu wasit Indonesia yang memiliki sertifikat BWF (Badminton World Federation), wasit dengan sertifikat BWF inilah yang berhak untuk memimpin sebuah pertandingan-pertandingan resmi yang diselenggarakan induk bulutangkis dunia itu.

Salah satu wasit Indonesia bersertifikat BWF tersebut adalah Bapak Unang Sukardja. Aku ketemu sama bapak asal Tangerang Selatan ini saat gelaran Djarum Superliga 2014 yang dihelat di DBL Arena Surabaya 3-9 Februari lalu. Awalnya aku gak ngeh dengan keberadaan Om Unang (panggilku saat itu) sampai salah satu seorang teman yang sekaligus partner in crime terbaik untuk urusan tepokan bulu yaitu si Fingky mengingatkanku saat Om Unang usai berkunjung ke booth Taufik Hidayat Arena yang saat itu menghelat acara launching buku biografi kedua Taufik Hidayat dan dihadiri oleh Taufik Hidayat pula.

"Fit.. Fit.. itu kan Om Unang," ucap Fingky sambil menunjuk pria paruh baya berbaju merah.

"Ehh..." hanya itu reaksi yang kuucapkan menanggapi ucapan Fingky. Aku belum bisa mengingat betul apa yang menjadi istimewa dari bapak berbaju merah yang diingat oleh Fingky itu, yang aku tau pasti beliau pasti penting dalam bulutangkis dan sering wara-wiri di dunia bulutangkis juga karena aku familiar dengan wajah beliau.

"Itu yang jadi wasitnya Lin Dan-Lee Chong Wei di final Olimpiade 2012." Fingky mulai bersungut-sungut.

"Hwaaa iyaa..." aku mulai ingat dan semangat setelah mengingatnya. "Aku mau foto sama beliau!" celetukku tiba-tiba dengan penuh semangat (lagi)

"Harus." Fingky mengamini.
Om Unang saat memimpin laga Final Tunggal Putra Olimpiade London 2012

Akhirnya selang 2 hari setelah pertemuan pertama itu, akhirnya aku dapat kesempatan ketemu lagi dengan Om Unang. Bukan sebuah kebetulan tapi memang sudah diniatkan untuk bisa ketemu dan minta foto bareng. Heheheee....

Di West Entrance (WE) DBL Arena, setelah menuruti hasrat untuk foto bareng bersama atlet-atlet (atlet asal Jepang khususnya karena Fingky emang semacam obsesi sama pemain-pemain unyu Jepang yang finally sukses meracuniku juga -_-) kini saatnya menuruti hasrat untuk foto bareng dengan wasit pemimpin pertandingan final MS Olimpiade London.. :D

Cukup lama nunggu, Om Unang yang kalau tidak salah di turnamen Djarum Superliga 2014 menjadi Referee (orang yang memipin jalannya sebuah turnamen) pun akhirnya keluar. Mungkin sebelum itu Om Unang harus melakukan evaluasi terlebih dahulu dengan umpire-umpire (wasit), dan juga line-judge. Begitu Om Unang keluar dari WE mata udah berbinar-binar niih dan tanpa ba-bi-bu langsung sapa Om Unang-nya *dengan sedikit SKSD siihh* hahahaa....

"Om Unang... Om Unang... boleh minta foto bareng ya.." kataku to the point pada bapak 56 tahun itu.

"Lho kok.." begitu reaksi Om Unang mendengar permintaanku karena memang di belakang kami masih ada beberapa atlet yang belum kembali ke hotel karena menunggu mobil jemputan mereka. Kenapa kami tak minta foto bareng dengan mereka saja? Mungkin begitu pikir Om Unang.

"Kan pengen foto bareng sama wasit internasional, Om," jawabku meyakinkan.

"Lho kok tau?" tanya Om Unang seolah tak percaya.

"Wasit final Olimpiade London.." tambah Fingky semakin meyakinkan.

"Ahh.. Final Lee Chong Wei-Lin Dan. Kalian nonton ya...?" kata Om Unang dengan menyunggingkan senyumnya. Ternyata ada yang mengingat keberadaannya di final duel klasik antara dua pemain dunia itu.

"Iya Om.. dan saya punya videonya," Fingky-lah yang menjawab dengan sangat meyakinkan.

Akhirnya dengan ramah dan terbuka Om Unang mengabulkan permintaan kami bocah-bocah penikmat bulutangkis kemarin sore untuk berfoto bersama beliau yang sudah malang melintang di dunia tepokan bulu ini.




"Om, masih akan jadi wasit lagi?" tanyaku berbasa-basi setelah foto bareng.

"Ya masih.." jawab beliau.

"Rio 2016 (Olimpiade Rio de Janeiro tahun 2016) wasit lagi juga Om?" Fingky juga ikut nimbrung nanya.

"Udah nggak kalau Rio. Soalnya tahun ini saya pensiun. Hehe.." jawab Om Unang.

"Yaaaahhhh...." kami berdua serempak (nampak) kecewa.

"Sudah tiga kali Olimpiade saya dipanggil. Sydney 2000, Athena 2004, dan yang terakhir kemarin London 2012. Pertandingan Lee Chong Wei-Lin Dan," lanjut Om Unang.

Om Unang sudah tiga kali gelaran Olimpiade dan entah berapa puluh pertandingan di level GP-SSP sudah dipimpinnya. Pertandingan final tunggal putra Olimpiade London 2012 lah yang paling kami ingat. Tapi bagi Om Unang, pertandingan final ganda putri Olimpiade Athena 2004-lah yang paling berkesan baginya.

Om Unang juga sampai saat ini masih menjadi satu-satunya orang Indonesia yang mempimpin pertandingan tunggal putra di Olimpiade. Salah satu bukti dedikasi  dan cintanya beliau pada bulutangkis.

Om Unang pertama kali menjadi wasit bulutangkis di pesta olahraga bangsa-bangsa dunia itu pada Olimpiade Sydney 2000. Kemudian Athena 2004 saat itu untuk pertama kali Om Unang berkesempatan memimpin jalannya pertandingan di partai final Olimpade. Saat itu Om Unang memimpin pertandingan ganda putri antara pasangan Yang Wei-Zhang Jiewen melawan Gao Ling-Huang Hui yang dimenangi Yang-Zhang 7-15, 15-4, 15-8 (pertandingan ini lah yang paling berkesan bagi Om Unang itu). Sayang, di gelaran Olimpade Beijing 2008 Om Unang absen karena tak mendapat undangan dari IBF (BWF sekarang) dan sudah ada rekan wasit dari Indonesia lain yang bertugas. Dan kembali di Olimpiade London 2012 Om Unang menjadi satu-satunya wasit bulutangkis asal Indonesia, dan beliau dipercaya memimpin laga puncak final partai tunggal putra setelah sebelumnya beliau juga memimpin pertandingan semifinal ganda putra antara Lee Yong Dae/Jung Jae Sung [KOR] melawan Mathias Boe/Carsten Mogensen [DEN].

Selain Om Unang yang akan pensiun pada tahun 2014 ini, Indonesia juga memiliki tiga wasit lain yang bersertifikat BWF. Mereka adalah: 
  • Cholid Magad (Sudah Pensiun di 2013) 
  • Edy Rufianto (Tahun Pensiun 2018) 
  • Tata Mulyana (Tahun Pensiun 2019)
List wasit-wasit yang memiliki sertifikat BWF bisa dilihat disini. 


Harapannya, semoga kedepannya Indonesia dapat memiliki Om Unang-Om Unang lain yang bisa menjadi wasit bersertifikat BWF yang dapat memimpin pertandingan level tinggi dunia.
Setidaknya, jika gak ada atlet Indonesia yang tembus ke partai final masih ada nama INDONESIA yang terwakili melalui kursi wasit. Seperti pada kasus Olimpiade London 2012 tuuhh. Hweheheee....

Tapi tetap akan lebih membanggakan kalau di partai final tak hanya wasitnya yang asal Indonesia tapi juga ada atlet yang berlaga di partai final.

SEMOGA... :D

Heheheee...
Jadi... ngelive pertandingan bulutangkis itu gak harus melulu mencari dan 'berburu' atlet loh... :D
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Jika saya ditanya siapa inspitration life, everlasting idol, dan sosok seorang Kartini di masa sekarang saya akan dengan sangat yakin dan tanpa pikir panjang akan menyebut nama 'LILIYANA NATSIR' setelah nama/sosok ibu kandung saya.

Perempuan tomboy, atlet bulultangkis spesialis ganda ini sudah dengan sangat sukses merebut perhatian saya. Berhasil menempatkan dirinya menjadi sosok yang paling inspirasional dan dapat dijadikan panutan. Segala semangat, niat, dan kerja kerasnya dalam menjalani pilihannya untuk menggeluti dunia olahraga menjadi sebuah contoh nyata tentang bagaimana kita harus bertindak untuk dapat mewujudkan keinginan dan pilihan kita.

Memutuskan hijrah ke ibukota dan menggeluti bulutangkis di usia 12 tahun. Meraih gelar internasional pertamanya di usia 17 tahun di ajang Asia Yunior bersama Markis Kido.

5 tahun kemudian, di usia 20 tahun meraih emas di Kejuaraan Dunia Bulutangkis (World Badminton Championship) yang diulanginya dua tahun kemaudian di tahun 2007 bersama Nova Widianto. Setahun kemudian setelah pencapaian Juara Dunia pertamanya, masih dengan Nova Widianto ia berhasil meraih perak di Olimpiade Beijing 2008.

Kini, bersama partner barunya, Tontowi Ahmad, ia berhasil menjadi juara All England 2x berturut-turut (All England 2012 dan 2013) serta kembali mengulang suksesnya di 2005 dan 2007 dengan kembali menjadi Juara Dunia di Kejuaraan Dunia 2013 ini.

Dan tepat hari ini, 9 September 2013, sosok paling inspirasional ini memperingati hari lahirnya yang ke-28.

Happy birthday for my inspiration life, my everlasting idol, our best badminton player..
LILIYANA NATSIR...

Semoga:
- Selalu diberikan kesehatan.
- Dilancarkan rezeki, karir dan usahanya.
- Menjadi anak yang dibanggakan keluarga *pastinya*
 
With her lovely parents. Olimpiade London 2012.
Liliyana dan sang mama (yg kanan baju hitam)
Axiata Cup. Surabaya. Maret 2013

Bersama sang Kakak, Kalista.
- Makin keren dan makin kece.

Salah satu bentuk ke-kece-annya. *subhanallah* #mimisan

- Makin kompak sama Bang Owi biar bisa nambah gelar juaranya.

Axiata Cup 2013. Surabaya. Maret 2013
QF All England. Maret 2013



- Tetap baik, ramah, dan sayang pada semua BHS dan BL.. :D *untuk edisi ini narsis dikit boleh kan yaa* #plak

With Liliyana (1)
Axiata Cup. Surabaya. Maret 2013
With Liliyana (again)
Axiata Cup. Surabaya. Maret 2013


And the last, bisa terus berprestasi, gak gampang puas dan gampang menyerah sehingga bisa tetap terus berprestasi dan mengharumkan nama bangsa. Nambah jumlah gelar GPG, SS, dan SSP-nya. Jadi juara All England (lagi), Juara Dunia (lagi dan lagi), dan bisa raih emas Olimpiade.. *amin*

Juara All England 2013
Juara Dunia 2013.. :*

Once again......
SELAMAT ULANG TAHUN LILIYANA NATSIR..... :D :*
Share
Tweet
Pin
Share
3 comments
Saturday, 7th September 2013 I should said out loud....

"Happy 26th Birthday Mohammad Ahsan..."
The man who had a World Badminton Championship's title.. :D

Our birthday man.. M. Ahsan *gambar dari Bang Ega*

Semoga dengan pertambahan terbilangnya umur, menjadikan semuanya berkah.
Selalu diberikan kesehatan dan juga diberikan kelancaran bagi semuanya baik pada rezekinya, karirnya, serta kehidupan rumah tangganya bersama istri, Christine Novitania *long last and keep romantic yah... <3*
Semoga bisa menjadi ayah yang bisa menjadi panutan bagi anaknya.. :D

Ahsan and Itine's Wedding.. *ihhiy* (source: twitter Kak Itine)
Ahsan with his super woman. His wife and his mom.. (source: twitter PB Djarum)

Menjadi atlet yang tetap ramah dan baik kepada semua fans-nya.. :D *senang dan bangga bisa dan pernah ketemu dan minta foto bareng sama Kak Ahsan*

With Kak Ahsan and Ko Fran
(Kejurnas PBSI 2012. Solo. Desember 2012)
With Ahsan.. :D
(Axiata Cup leg 2. Surabaya. Maret 2013)
With Kak Itine... (istri Ahsan)
(Axiata Cup leg 2. Surabaya. Maret 2013)

Dan yang terpenting, semoga menjadi atlet yang tak gampang puas dan gampang menyerah sehingga bisa tetap terus berprestasi dan mengharumkan nama bangsa.... :)

Sekali lagi.....
SELAMAT ULANG TAHUN MOHAMMAD AHSAN..... :D



PS: Perjalanan karir M.Ahsan bisa dibaca di postingan sebelumnya.
Atau bisa klik disini
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Apa sih yang terpikirkan di benak Sobat Blogger semua saat mendengar nama Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan disebut?

Here They are.. Ahsan/Hendra. Axiata Cup 2013 (Dok.Pribadi)

Bagi Sobat Blogger umum yang awam dan tidak terlalu mengikuti perkembangan dunia bulutangkis Indonesia mungkin mendengar dua nama itu disebut menjadi sesuatu yang sangat asing. Siapa mereka dan apa hebatnya mereka?
Namun, saya yakin, se-awam-awamnya Sobat Blogger mungkin ada beberapa yang cukup familiar dengan dua nama itu. Setidaknya dengan Hendra Setiawan. Pada era 2007-2008 namanya cukup dikenal. Bersama Markis Kido menyita perhatian masyarakat dengan prestasinya yang paling menonjol yakni menjuarai World Badminton Championship (Kejuaraan Dunia Bulutangkis) pada 2007 dan meraih medali emas Olimpiade di Beijing, China pada tahun 2008.

Dan kini, bersama Ahsan, Hendra kembali mencatatkan namanya menjadi juara di World Badminton Championship 2013 yang kali ini diadakan di Guangzhou, China. Tak ayal kemenangan ini membuat nama Hendra dan juga Ahsan (serta Tontowi dan Liliyana) menjadi perbincangan masyarakat. Karena pasca kemenangan mereka, hampir semua semua media, memberitakan tentang kemenangan mereka. *tulisan iseng tentang efek kemenangan Ahsan/Hendra di WBC bisa dibaca disini dan disini*

Berbeda dengan Sobat Blogger yang kebetulan juga seorang BL (Badminton Lovers) tentunya sangat gak asing dengan nama Ahsan dan Hendra. Sekali menyebut nama Ahsan atau Hendra secara terpisah atau mendengar nama mereka dalam satu kesatuan, pasti banyak jawaban yang keluar dari para Sobat BL.

Namun kali ini yang pengen aku bahas bukan seberapa terkenalnya pasangan ganda putra yang sekarang menduduki rangking 2 dunia BWF ini dimana mereka bisa selalu sukses bikin wece-wece kejang-kejang lihat gantengnya dan kecenya mereka baik di luar lapangan atau di dalam lapangan #plak *disambit Ci Sansan (istri Ko Hendra) sama Kak Itine (istri Bang Ahsan)* dimata Sobat Blogger semua, tapi lebih kepada perjalanan berliku mereka selama menjadi ganda putra Indonesia.

Ahsan/Hendra mulai berpasangan resmi sejak bulan Oktober 2012. Turnamen Yonex Denmark Open 2012 menjadi turnamen internasional pertama yang mereka ikuti secara resmi setelah 'sah' berpasangan sebagai ganda putra.

Sebelum berpasangan dengan Hendra, Ahsan berpasangan dengan Bona Septano, adik kedua dari Markis Kido yang sebelumnya berpasangan dengan Hendra.
Duet Ahsan/Bona pecah pasca kegagalan mereka menjawab harapan masyarakat Indonesia akan terjaganya medali emas Olimpiade yang pada gelaran terakhir Olimpiade di Beijing tahun 2008 disumbangkan dari cabor bulutangkis nomor ganda putra atas pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan. Kido/Hendra sendiri tidak bisa mengikuti Olimpiade London 2012 karena ranking yang mereka duduki saat penetapan peserta Olimpiade tidak mencukupi. Kala itu Kido/Hendra berada di ranking 9 atau 10 dunia *koreksi jika saya salah* padahal untuk bisa turut ke Olimpiade minimal mereka harus berada di ranking 8 dunia (ini juga syarat agar 1 team bisa mengirin 2 wakil di nomor yang sama).

Pasangan Ahsan/Bona saat itu dibilang cukup mumpuni dan dinilai berprospek bagus kala Kido/Hendra mulai turun pamornya. Ahsan/Bona seringkali diharapkan menjadi penyelamat sektor ganda putra. Sayang, kendati mampu menduduki peringkat 5 dunia, pasangan ini belum pernah sama sekali keluar sebagai juara di turnamen level Superseries atau Superseries Premiere.

Prestasi tertinggi yang didapatkan Ahsan bersama Bona adalah Medali Emas SEA Games 2011. Saat itu Ahsan/Bona keluar sebagai juara setelah mengalahkan kakak sekaligus seniornya Kido/Hendra dalam pertarungan dua set dengan skor akhir 25-23 21-10.

Bona/Ahsan. Gold Medals SEA Games 2011 (Gambar dari sini)
Winners and Runner Up (Gambar dari sini)

Berbeda dengan Hendra, sebagai pemain yang sudah lebih dulu berlalu lalang di dunia tepokan bulu, prestasi Hendra yang saat itu masih berpasangan dengan Markis Kido tak perlu dipertanyakan lagi. Juara WBC 2007 dan Medali Emas Olimpade Beijing 2008 adalah dua titel paling bergengsi yang mereka dapat dari berpuluh-puluh juara yang pernah mereka dapat. Per-tanggal 27 September 2007 setelah berhasil keluar sebagai juara WBC 2007 Kido/Hendra menempati peringkat 1 dunia.


Hendra/Kido. Olimpiade 2008

Pasangan ganda putra paling cetar membahana yang sampe sekarang gak bisa bikin move on para BL ini harus terpaksa pisah saat Hendra dipanggil kembali oleh Pelatnas. Sebelumnya pada sekitar tahun 2009, bersama Kido Hendra kompak keluar dari Pelatnas dan menjalani karir secara profesional. Mereka latihan, mencari sponsor, dan mengikuti turnamen-turnamen internasional berdasarkan kemampuan mereka sendiri tidak terikat pada PBSI. Namun pasca Olimpiade 2012, Hendra (tanpa Kido) diberi tawaran oleh Pelatnas untuk kembali ke markas Cipayung dan Hendra pun menerima tawaran tersebut sehingga secara dengan terpaksa duet maut yang sudah berjalan selama hampir 13 tahun itu pun pecah (as your info, Kido/Hendra sudah mulai berpasangan sejak tahun 1999 di usia 15 tahun, yang saat itu mereka masih di klub Jaya Raya Jakarta. Saat masuk ke Pelatnas mereka pun bersama-sama)

Kembali pada kisah dipasangkannya Ahsan dan Hendra.
Kendati keduanya resmi dipasangankan pada Oktober 2012. Pasangan ini sejatinya bukan benar-benar pasangan baru. Keduanya sudah pernah berpasangan saat Sudirman Cup 2009. Namun secara pribadi, saya melihat keduanya ini berpasangan pada saat turnamen Axiata Cup, Maret 2012.

Ahsan/Hendra. Axiata Cup 2012

Saat baru awal-awal dipasangkan, prospek pasangan ini memang belum bisa langsung menunjukkan performa yang memuaskan. Mereka selalu terhenti di babak-babak awal membuat pasangan ini tidak terlalu diperhitungkan. Sukses menembus babak semifinal  sebelum dikalahkan oleh pasangan Korea Shin Baek Choel/Yoo Yeon Seong di turnamen pertama mereka Yonex Denmark Open, Ahsan Hendra hanya bisa mampu menembus babak kedua hingga perempat final, bahkan sempat terseok di babak pertama di turnamen yang mereka ikuti selanjutnya. Di Perancis Open keduanya terhenti di babak kedua dikalahkan oleh ganda Malaysia Thien How Hoon/Wee Kiong Tan dengan skor 16-21 17-21, Hongkong Open kalah di perempat final atas Ganda China Cai Yun/Fu Haifeng 17-21 15-21, dan Korea Open mereka terseok di babak pertama setelah dikandaskan oleh ganda Korea Kim Ki Jung/Kim Sa Rang dengan skor 19-21 19-21.

Faktor usia keduanya yang memang bukan terhitung usia muda lagi bagi seoarang pemain sempat disinyalir menjadi faktor tak kunjung IN-nya pasangan ini. Hendra, pria kelahiraan Pemalang, 25 September ini pada tahun 2012 berusia 28 tahun (kelahiran tahun 1984, membuat Hendra menjadi pemain aktif paling senior di Pelatnas) sedangkan Ahsan, pria kelahiran Palembang, 7 September ini pada tahun 2012 berusia 25 tahun (kelahiran tahun 1987).

Faktor-faktor inilah yang sempat membuat beberapa orang meng-underestimate-kan pasangan baru ini salah satunya adalah Tan Kim Her pelatih ganda putra Malaysia. Tan Kim Her (diambil dari blog duaribuan) menyatakan bahwa duet Hendra dan Ahsan ini tidak akan panjang, karena performa Hendra yang sudah menurun.

"Mantan Juara Dunia dan Juara Olimpiade Indonesia, Hendra dipasangkan dengan Ahsan tapi saya tidak menilai pasangan ini akan jauh, Usia akan menjadi halangan Hendra yang terlihat sudah menurun (performanya)."

Masih menurut Tan Kim Her, pasangan baru yang kemungkinan akan menggebrak adalah pasangan Korea Ko Sung Hyun-Lee Yong Dae dan ganda China, Chai Biao-Zhang Nan.

“Untuk saat ini, saya melihat duo Korea Selatan hasil kombinasi baru (Ko-Lee) dan ganda China Zhang Nan-Chai Biao sebagai orang-orang dengan potensi besar untuk berkembang menjadi pasangan yang kuat,” ujar Tan.

Chai Biao-Zhang Nan telah membuktikan prospek yang bagus ketika berhasil menjuarai turnamen China Master beberapa bulan lalu, sedangkan duet Ko-Lee sudah sempat dijalankan pada tahun lalu dan sempat membuahkan gelar di Amerika Serikat. Duet kombinasi ini dijalankan sebagai strategi pengganti Chung Jae Sung yang memutuskan pensiun pasca Olimpiade.

“Saya pikir, Yong Dae-Sung Hyun mungkin akan menjadi pasangan yang tangguh, tetapi tidak akan cepat. Mereka mungkin butuh beberapa waktu untuk beradaptasi,” tambahnya.

Namun penilaian negatif dari pihak-pihak yang memandang sebelah mata kemampuan mereka tak membuat Ahsan/Hendra menjadi ciut. Mereka justru semakin ingin membuktikan bahwa anggapan-anggapan miring yang berkembang di luaran sana itu adalah salah. Mereka masih belum habis, mereka masih layak untuk diperhitungkan, dan bisa menjadi ganda yang disegani atau bahkan ditakuti.

Dan benar saja, tahun 2013 setelah terpuruknya mereka di Korea Open 2013, keduanya membuktikan kualitas mereka. Turnamen Maybank Malaysia Open Superseries menjadi saksi kebangkitan Ahsan/Hendra. Mereka berhasil keluar sebagai juara setelah menumbangkan pasangan ganda berperingkat 1 dunia asal Korea, Lee Yong Dae/Ko Sung Hyun dua set langsung dengan skor 21-15 21-13. Ahsan/Hendra juga menasbihkan diri mereka sebagai juara yang selama bertanding tidak pernah kehilangan satu set pun, semua pertandingan yang mereka lakoni dari R1 hingga final dapat mereka menangkan dengan straight set.

Champion and Runner Up Malaysia Open.
Ahsan/Hendra. Malaysia Open. Januari 2013
Video final Malaysia Open. Ahsan/Hendra vs LYD/KSH

Kegemilangan duet Ahsan/Hendra terus berlanjut di gelaran turnamen yang mereka ikuti selanjutnya. Yonex All England Open Badminton Championship menjadi turnamen yang mereka ikuti. Sayang, di turnamen badminton tertua ini mereka hanya mampu sampai di babak semifinal. Di semifinal mereka kalah oleh ganda putra China Liu Xiaolong/Qiu Zihan dalam 3 set dengan skor akhir 12-21 21-13 17-21.

Sebagai seorang pemain, tentunya bayang-bayang akan cedera selalu hinggap. Dan pasca All England dan gelaran Axiata Cup pada media Maret-April , Ahsan sempat dikabarkan terkena cedera pinggang. Ini yang menyebabkan Ahsan terpaksa absen turun memperkuat tim Indonesia pada Sudirman Cup bulan Mei lalu.

Kendati sempat dirundung bencana cidera, Ahsan tak patah semangat, bersama Hendra mereka kembali menunjukkan kualitasnya sebagai ganda yang patut diperhitungkan. Di ajang Indonesia Open Superseries Premiere bulan Juni 2013 mereka, Ahsan/Hendra berhasil keluar sebagai juara setelah mengalahkan (lagi) pasangan nomor 1 dunia Lee Yong Dae/Ko Sung Hyun dua set langsung 21-14 21-18. Kemenangan Ahsan/Hendra ini juga sekaligus sebagai penyelamat muka Indonesia sebagai tuan rumah setelah andalan Indonesia lain yakni pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir gagal menunaikan tugas mereka setelah mereka gugur di babak semifinal.


Ahsan/Hendra. Indonesia Open SSP. Juni 2013
Juara dan Runner Up Indonesia Open.
Seolah masih sangat lapar akan gelar, Ahsan/Hendra kembali mengulang kegemilangan mereka di Indonesia Open dengan keluar sebagai juara di gelaran turnamen Singapura Open dengan lagi-lagi mengalahkan Lee Yong Dae/Ko Sung Hyun. Ahsan/Hendra kembali menang straight game atas Ko/Lee dengan skor akhir 21-15 21-18. Dan seperti kemenangan mereka di awal tahun pada turnamen Malaysia Open, di Singapura Open ini Ahsan/Hendra juga tidak kehilangan satu set pun selama pertandingan mereka. Semua pertandingan mereka dari R1-Final dimenangkan dalam dua set langsung.

Juara dan Runner Up Singapura Open.
*kumisnya LYD kayak Lele deh -_- #abaikan*
Juara Singapura Open.
Video Final singapura Open

Dan puncak dari pembuktian Ahsan/Hendra untuk menjadi ganda putra yang disegani dunia adalah saat ajang World Badminton Championship 2013 yang digelar pada 6-11 Agustus 2013 di Guangzhou, China. Berbekal sebagai unggulan keenam, Ahsan/Hendra memulai perjuangan mereka di negeri penguasa bulutangkis dunia tersebut.
Puncaknya di final, Ahsan/Hendra harus berhadapan dengan ganda Denmark unggulan ketiga Mathias Boe/Carsten Mogensen untuk memperoleh tahta tertinggi nan prestisius, menjadi juara dunia. Hasilnya, seperti yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya, mereka keluar sebagai juara. Skor 21-13 23-21 mereka bukukan dalam sejarah, mengalahkan Boe/Mogensen dan keluar sebagai juara.

Ahsan/Hendra. World Badminton Championship. Agustus 2013.

Dan kini, pasca kemenangan mereka di WBC 2013, Ahsan/Hendra menduduki peringkat 2 dunia, sedikit lagi menggeser Lee Yong Dae/Ko Sung Hyun yang sudah 3 kali berturut-turut mereka kalahkan tanpa perlawanan di peringkat 1 dunia.

Perjalanan karir Ahsan/Hendra memang bisa dibilang cukup fantastis. Hanya dalam waktu kurang dari 1 tahun mereka sudah mampu menjadi juara di berbagai turnamen bergengsi. Tak cukup itu, mereka juga berhasil keluar sebagai juara dunia.

Namun meskipun sudah berhasil hampir menjadi penguasa di sektor ganda putra, Ahsan/Hendra masih harus membuktikan kekonsistenan permainan mereka. Banyak turnamen-turnamen besar yang masih ingin mereka juarai, All England, SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade menjadi target yang mereka incar untuk keluar sebagai juara.

Dan untuk mencapai titik yang sekarang, tentunya Ahsan/Hendra membutuhkan kerja keras serta berbagai berbagai usaha pembuktian.
Sempat dianggap sebelah mata oleh beberapa pihak, namun sekarang mereka berhasil menunjukkan dan membungkam anggapan sebelah mata dari orang-orang yang pernah meremehkan mereka.

Kini dengan berbagai raihan prestasi yang sudah mereka raih, Ahsan dan Hendra seolah telah menjelma dari sebuah kuda hitam yang awalnya sama sekali tak diperhitungkan menjadi sebuah harimau penguasa belantara bulutangkis ganda putra yang siap memangsa setiap musuh-musuh yang mereka hadapi.

Jaya dan maju terus Ahsan/Hendra.

Jaya dan maju terus perbulutangkisan INDONESIA...

MERDEKA...!!!!
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Older Posts

About Me


Hai!! Namaku Fitrotul Aini.
Tapi panggil saja aku Fitri.
Hanya 'part time personal blogger' tapi 'full time dreamer'.
 Bisa klik DISINI untuk tahu tentang aku dan blog ini yang selengkapnya.

Terima kasih sudah mengunjungi blogku ini.
Enjoy your reading.. :)

Contact me on : 
fitrotulaini1@gmail.com
or
Find me on :

Pengunjung

Teman-Teman

Blog Archive

  • ▼  2023 (1)
    • ▼  Januari (1)
      • [REVIEW] Rencana Besar untuk Mati dengan Tenang : ...
  • ►  2022 (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2021 (8)
    • ►  April (1)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2019 (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (2)
  • ►  2017 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  April (2)
  • ►  2016 (52)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (12)
  • ►  2015 (43)
    • ►  Desember (5)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (6)
  • ►  2014 (27)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2013 (13)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (3)
  • ►  2012 (48)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2011 (59)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (9)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2010 (8)
    • ►  Desember (8)
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular

  • [REVIEW] Architecture 101 : Menyelesaikan Cinta Lama yang Belum Kelar
    Hola-hola... Bertemu lagi dengan hari Rabu.  Itu berarti jadwalnya #RabuReview yaa... Kali ini mau review film lagi nih... Film apa...
  • [REVIEW] WINGIT : Membaca dan Belajar dari Cerita 'Mereka'
    Judul : Wingit Penulis : Sara Wijayanto Penerbit : PT Elex Media Komputindo Tahun Terbit : 2020 ISBN : 978-623-00-2183-1 Halaman : vii + 244...
  • Kecap, Solusi Tepat Oleh-oleh Jombang
    Dulu pas masih jaman-jaman kuliah di Malang kalau lagi dibecandain sama temen-temen kuliah yang minta oleh-oleh kalau tahu aku abis pulang ...
  • List OST Decendants of The Sun dan Dimana Pertama Kali Mereka Dimuncul-dengarkan (Bagian 1)
    Drama Korea Descendants of The Sun bener-bener jadi trending topik sekaligus penguasa rating dunia perdramaan Korea sekarang. Sejak pert...
  • Gelar Akademik, Perlu Gak Sih Dicantumin??
    Euummm..... Jujur, kalau aku... pertanyaan ini udah jalan-jalan di otakku udah sejak jaman dahulu kala. Sejak jaman orang-orang (menur...

Member

Member

Member

Emak2Blogger

Member

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose