• Home
  • Review
  • Hiburan
  • Curhat
  • Tentang Saya
Facebook Twitter Instagram Pinterest

NIKKI*

Dalam Bahasa Jepang berarti Catatan Harian : info | cerita | review | hobi | hiburan | kuliner | serba-serbi

"Ada banyak wanita di dunia. Banyak yang berasal dari keluarga hebat yang berpendidikan tinggi dan memiliki karakter yang baik. Mereka punya segalanya. Kenapa aku?" -Seong Deok Im.

"Karena tidak ada wanita seperti itu yang bisa menjadi dirimu. Deok Im, aku bahkan melawan kodratku dan memberikan hatiku untukmu. Jadi, aku tidak butuh orang lain. Harus kamu." -Yisan/Raja Jeongjo.

Perempuan mana yang nggak meleh kalau dikasih jawaban/penjelasan kayak gitu ketika nanya alasan kenapa pasangannya memilih dia sebagai pendamping hidup. 

Meski di kasus yang ini, Deok Im dipilih (officially) bukan sebagai yang pertama. Tapi bagi Yisan (kemudian dikenal sebagai Raja Jeongjo), Deok Im adalah wanita satu-satunya yang sangat dicintainya. Deok Im adalah selir yang dipilih Yisan sendiri tanpa campur tangan orang lain. Deok Im adalah perempuan yang berhasil merebut hati dan membuatnya jatuh cinta sejak dia masih anak-anak.


Judul : "The Red Sleeve" 
Genre : Melodrama, Romansa, Sejarah
Jenis : Drama Seri 
Jumlah Episode : 17 Episode 
Sutradara : Jung Ji In 
Penulis : Kang Mi Kang (novel), Jung Hae Ri 
Negara : Korea Selatan 
Bahasa : Korea Selatan 
Ditayangkan di : MBC / VIU 
Periode Tayang : 12 November 2021 - 1 Januari 2022

Pemain :
Lee Junho sebagai Yisan / Raja Jeongjo
Lee Se Young sebagai Seong Deok Im
Kang Hoon sebagai Hong Deok Roo
Lee Deok Hwa sebagai Raja Yeongjo
Jang Hye Jin sebagai Dayang Seo

PLOT / SINOPSIS

Yep, potongan dialog yang kutulis sebagai pembuka itu adalah salah satu dialog yang ada di drama The Red Sleeve (TRS). TRS menceritakan tentang Yisan (kemudian dikenal sebagai Raja Jeongjo) yang berjuang mendapatkan cinta Seong Deok Im, seorang dayang istana yang cantik, mandiri, cerdas, berintegritas, dan teguh memegang prinsip serta keyakinannya di tengah kondisi pro-kontra penunjukannya sebagai Putra Mahkota calon pengganti raja.

Penunjukan Yisan sebagai Putra Mahkota memang penuh kontroversi. Ayahnya, Putra Mahkota (Pangeran) Sado, dibunuh oleh Raja Yeongjo yang mana adalah ayah kandungnya sendiri, yang juga berarti kakek Yisan. Alasannya karena Raja Yeongjo sangat kecewa dengan sikap dan tingkah Pangeran Sado yang melenceng jauh tak sesuai selayaknya kepribadian Putra Mahkota. 

Untuk melindungi agar sang cucu tidak melakukan kesalahan yang sama dengan mendiang sang ayah, Raja Yeongjo kemudian begitu ketat dan posesif dalam menjaga Yisan.

Sementara itu, para oposisi yang tidak setuju dengan penunjukan Yisan sebagai Putra Mahkota dengan alasan bahwa Yisan adalah putra seorang pendosa ditambah kekhawatiran mereka terhadap kemungkinan jika Yisan akan bertingkah sama dengan mendiang sang ayah, dengan berbagai macam cara, daya, dan upaya mencegah Yisan untuk bisa naik takhta. Hal itulah yang menyebabkan berkali-kali Yisan harus terjebak dalam situasi rumit dan membahayakan. Nah pada situasi-situasi seperti inilah Deok Im, sang dayang istana hampir selalu turut andil membantu Yisan.



Yisan yang sedari awal sudah sangat terkesan dengan paras dan kepribadian Deok Im yang luar biasa ditambah kelihaiannya dalam menulis dan bercerita membuat Sang Putra Mahkota semakin kagum dan memunculkan keinginan untuk menjadikan Deok Im menjadi pendamping hidupnya. Menciptakan keluarga bersamanya.
Bagi Yisan, Deok Im bukan hanya sekadar dayang istana yan cantik tetapi dia adalah penyelamat dan pelindung hidupnya. Berkali-kali Deok Im menyelamatkan Yisan ketika dia terjebak berbagai situasi rumit dan genting dalam upaya menyelamatkan diri sekaligus posisinya sebagai Putra Mahkota hingga bisa terus naik takhta menjadi Raja.

Namun Deok Im bukanlah perempuan-perempuan lain pada masanya yang akan dengan senang hati menjadi seorang selir Putra Mahkota/Raja. Dua kali pernyataan cinta dari Yisan ditolak oleh Deok Im. Dia menolak dan sama sekali tak ingin menjadi selir. Dia ingin tetap bisa hidup bebas seperti perempuan-perempuan lainnya. Meski posisinya sebagai dayang istana tak bisa sepenuhnya mengabulkan keinginannya. Tapi itu masih lebih leluasa jika dibandingkan menjadi seorang selir yang seumur hidupnya harus dihabiskan di dalam istana, menjadi milik raja, tapi tak bisa setara dengan raja bahkan putra/putrinya kelak.

Beberapa tahun kemudian, entah luluh akan usaha Yisan atau patuh terhadap perintah Raja, Deok Im akhirnya menerima dan bersedia menjadi selir Yisan/Raja Yeongjo. Hal yang tentunya sangat membuat Yisan/Raja Jeongjo bahagia.

Tapi... tapi... tapi... kalian nonton sendiri aja lah gimana selengkapnya. Kalau kuceritain semuanya disini, gak ada kejutan-kejutannya nanti. :p

Yisan dan Deok Im kecil

Deok Im dan Yisan dewasa

KESAN 

Asli nonton The Red Sleeve (TRS) ini tuh gemes-gemes, uwu, unyu, tapi pengen marah juga. 

Uwu-uwu gemessss ngelihatin hubungannya Yisan sama Deok Im yang diem-diem sebenernya saling mengagumi dan suka satu sama lain. Trus kadang suka curi-curi pandang sampai saling bantu ketika sedang mengahadapi masalah.

Deok Im kecil menghibur Yisan kecil ketika neneknya meninggal. Saat beranjak dewasa, berganti Yisan yang membantu Deok Im menyelamatkan nyawa para dayang-dayang istana dari buruan harimau. Kemudian saat Yisan dihukum raja atas keputusan perburuan harimau, Deok Im datang menghibur . Begitu pula ketika Yisan berada dalam bahaya pengkhianatan, Deok Im mengirim peringatan melalui layang-layang sinyal. Dan ketika lagi-lagi Yisan dihukum oleh raja, Deok Im datang untuk menghibur Yisan agar tidak kesepian selama pengasingan di istananya. Hingga pernyataan Deok Im yang akan selalu mendukung dan melindungi Yisan sampai dia berhasil naik takhta menjadi raja.

Interaksi Yisan-Deok Im bener-bener dibuat dan berhasil bikin penonton gemes. Kadangkala Deok Im seperti terlihat sangat memuja dan mencintai Yisan. Tapi di waktu yang lain dia bisa terlihat sangat menghindari dan menolak Yisan. Karena memang segalau itu si Deok Im. Dia tuh sebenernya cinta sama Yisan, tapi ya sadar status sekaligus konsekuensi jika dia mau dan menerima permintaan untuk menjadi selir. Dia gak bakalan bisa bebas. Dia akan selamanya terkurung di istana. Tapi di sisi lain dia cinta juga sama Yisan. Gimana doonngg...??? Lemah hati penonton dibuat tarik-ulur galau-galau beginii......!!! *guling2*

Ayo kita buru harimaunya!

Deok Im bacain puisi favorit Yisan di depan kamarnya

Selain interaksi Yisan-Deok Im yang gemes-gemes uwu romantis, interaksi Deok Im dan ketiga sahabatnya sesama dayang istana juga sweet banget. Persahabatan keempatnya digambarkan cukup dekat. Saat salah satu diantara mereka terkena masalah, yang lain akan membantu sebisa yang mereka lakukan. Karena lagi-lagi, posisi mereka sebagai seorang dayang istana tidak memberikan kebebasan sepenuhnya untuk melakukan berbagai hal.

Bahkan begitu dekat keempatnya, mereka bahkan mengucap janji untuk saling menunggu ketika kelak mereka tua nanti saat mereka semua sudah tidak lagi menjadi dayang dan bisa meninggalkan istana. Tapi nyatanya takdir tidak seindah itu! (Tonton untuk bisa mendapat alasan penyebabnya) *sambil ngusap ingus*

Selain persahabatan kwartet dayang istana, keberadaan Dayang Seo sebagai kepala dayang juga memberikan warna terhadap perjalanan keempat sahabat itu menjalankan tugasnya sebagai dayang istana. Terlebih dengan Deok Im yang selalu saja terlibat dengan hal-hal sensitif dan membahayakan. Dayang Seo seperti seorang 'ibu' yang melindungi Deok Im dengan segala upayanya. Sikap Dayang Seo yang kadang konyol juga sangat menghibur ketika menonton.

Kwartet Dayang Istana dan 'Kepala Suku'nya

Deok Im dan sahabat-sahabatnya

Selayaknya drama sejarah atau saeguk TRS emang gak lepas sama konflik kerajaan. Seperti yang udah aku tulis di bagian Plot/Sinopsis di atas selain menceritakan tentang kisah percintaan Yisan/Raja Jeongjo yang menginginkan dayang Seong Deok Im menjadi selirnya, TRS juga menceritakan tentang proses lika-liku perjuangan Yisan sejak menjadi Putra Mahkota hingga berhasil naik takhta menjadi raja yang bergelar Raja Jeongjo.

Sikap overprotektif sang kakek (Raja Jeongjo) yang kadang kala berubah menjadi halusinasi terhadap mendiang sang ayah (Putra Mahkota Sado) membuat Yisan kecil hingga remaja menjadi cemas. Teror yang dibersamai berbagai upaya untuk menghalangi Yisan menjadi raja dari para politikus antek-anteknya, membuat tensi saat nonton drama ini tuh selalu tinggi. Bawaannya pengen ngelindungin Yisan sekaligus misuh-misuh ke pihak antagonis kalau udah ngerencanain hal buruk. 

Raja Yeongjo dan penerusnya

Ngeliat hubungan antara Yisan-Raja Yeongjo yang semacam love-hate relationship gitu juga bikin gemes. Di satu sisi Raja Yeongjo bisa kelihatan sayang banget sama Yisan. Tapi kadangkala bisa kelihatan nyeremin banget kalau lagi marah-marah. Marahnya tuh bisa sampe nabok, ngurung Yisan di kamar, bahkan sempet ngancem mau ngebunuh Yisan. Serem abis! *pukpuk Yisan*

Kejadian itu bisa dipahami karena Raja Yeongjo gak mau kejadian buruk dan memalukan terulang dan dilakukan kembali sama Yisan. Dia dengan segala upayanya melindungi Yisan agar bisa naik takhta meneruskan kepemimpinannya. Menjelang akhir-akhir masa pemerintahannya Raja Jeongjo hampir  saja melakukan kesalahan fatal akibat salah paham dan penyakit demensia yang dialaminya. Dia hampir saja akan membunuh Yisan, penerusnya jika saja Permasuri (Istri Raja Yeongjo) atas permohonan Lady Hyegyong (Ibu Yisan) dan bantuan Deok Im tidak segera menghadap Raja dan mengingatkan tentang Dokumen Kebenaran.

Begitu sebaliknya, Yisan terlihat sangat mencintai dan menghormati Raja Yeongjo. Dia gak mau membuat malu sang kakek. Dia mau terlihat baik dan merasa terlindungi. Meski di saat yang sama di sudut hati terdalamnya, dia sangat membenci sang kakek.

"Kenapa kakek pergi begitu saja? Kakek telah memberiku banyak penderitaan. Kakek merenggut ayahku dariku. Kakek merenggut nenekku dariku. Semuanya karena Kakek. Semuanya adalah kesalahan Kakek. Aku tidak akan pernah memaafkan Kakek. Aku tidak akan bisa! Kakek... kembalilah. Aku terlalu takut dan khawatir bahkan untuk bernapas." -Yisan, episode 12.



Berperan sebagai Putra Mahkota Yisan yang kemudian naik takhta dan menjadi Raja Jeongjo, Junho 2PM menurutku sangat berhasil memerankan tokoh ini. Kharismanya bener-bener tumpah! Ekspresi wajahnya juga bisa berubah dengan tepat menggambarkan suasana yang sedang dialaminya. Perbedaan terlihat jelas ketika dia marah, sedih, bahagia, kecewa, waspada, dan yang lain sebagainya. Bahkan menurut beberapa pengamatan penonton yang aku baca di sosmed katanya ekspresi Junho saat dia nangis berbeda di tiap-tiap scene. Gak pernah sama!

Junho juga dengan sangat sukses memerankan Yisan hingga Raja Jeongjo dalam rentang usia yang berbeda-beda. Junho bisa membawakan Yisan saat masih remaja akhir menuju dewasa awal yang sifatnya masih sangat berapi-api, gak takut menghadapi masalah tapi ternyata bisa sangat terlihat malu-malu gemesin ketika denger perempuan yang dia taksir bilang kalau dia juga mencintainya. Padahal masih ada lanjutan perkataan si perempuan yang gak didengar Yisan karena dia udah terlanjur lari seneng duluan... :p

Waktu baca surat cinta dari ayang :p

Abis denger ayang bilang cinta.. :p (padahal salah sangka :p)

Lagi nyariin ayang :p

Beranjak dewasa, ketika Yisan akhirnya naik takhta dan menjadi Raja Jeongjo wadoooohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh aura Junho meluber sampe banjir. Ganteng parah nih manusya pake jubah merah raja.
Tapi ya siapa sih aktor yang enggak ganteng kalau pakai jubah merah raja. Dari Kim Soo Hyun, Yeo Jin Goo, sampe sekarang Junho semuanya kelihatan GANTENG! :p

Tapi sebagai raja, tentu sikap dan sifatnya harus berubah jika dibanding saat dia masih Putra Mahkota. Dan Junho bener-bener bisa memerankan Raja Jeongjo yang gagah dan penuh wibawa. Ganteng banget lah!



Dan di periode terakhir, ketika masa-masa akhir kehidupan Raja Jeongjo, Junho juga bisa membawakan dan mengekspresikannya dengan sangat memikat! Gimana perasaan sedih dan hampa Raja Jeongjo di masa-masa tuanya bisa Junho gambarkan dengan baik.




See....
Yisan - Raja Jeongjo dari masa ke masa berhasil dimainkan dengan sangat epik oleh Junho.

Gak mau kalah dengan Junho, Lee Seyoung juga memerankan Seong Deok Im dengan luaarrrr biasa. Dia bisa mentransformasikan sosok Deok Im sejak sebagai pelayan muda, menjadi dayang istana, hingga ketika sudah menjadi Seong Ui-Bin atau selir raja. Transformasinya bener-bener mantab. Aura cantiknya bisa beda-beda.




Ekspresi dan cara pandangnya ke Yisan/Raja Jeongjo juga bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi. Saat dia 'lalai' dengan perasaannya, dia bisa sangat kelihatan jatuh cinta dan memuja Yisan. Tapi ketika dia sadar, dia bisa melihat Yisan dengan sedikit takut. Dan ketika dia sudah menjadi selir, ekspresi dan pandangannya bisa bercampur antara memuja-mencinta dan menyimpan penyesalan.





Aahhh intinya aku sangat cinta dan salut dengan acting dua aktor-aktris ini!

Tapi yang namanya drama ya gak mungkin cuma berjalan sama aktor dan aktris utamanya aja. Ada pemeran-pemeran pendukung yang gak kalah oke juga actinya. Kanghoon yang berperan sebagai Hong Deok Roo (gurunya Yisan yang kemudian setelah Yisan naik takhta diangkat menjadi Sekretaris Kerajaan) berhasil bikin ngaduk-ngaduk emosi penonton. Di satu sisi penonton tuh meleleh karena kegantengannya dia tapi di satu sisi juga sebel karena dia terlalu berambisi banget buat jadi orang yang paling berjasa sama raja. Jadi dia bertindak semaunya buat mendapatkan tujuannya.

Selain ada Deok-Ro juga ada dua pengawal Yisan yang selalu ada-ada aja kelakuannya. Terutama si Pengawal Sayap Kiri. Kalau gak lagi tugas, dia bisa bertingkah aneh-aneh dan ocehannya pengen bikin nampol.
Tapi sekalinya dia bertugas, waaaaahhhh keamanan dan keselamatan Yisan/Raja Jeongjo yang paling utama!

Sosok lain yang gak terlalu sering muncul, tapi tiap kemunculannya selalu nyuri perhatianku adalah sosok Ibu Suri (istri Raja Yeongjo). Di setiap kemunculannya Ibu Suri selalu kelihatan canteekkk dan stunning banget. Emang sih dalam cerita aslinya, permaisuri Raja Yeongjo ini memang usianya jauh lebih muda ketimbang sang raja. Jadi wajar aja di drama ini pun dibikin begitu. Jadi setiap sosok Ibu Suri ini muncul aku selalu salfok sama penampilannya. Meski tokohnya agak sedikit ngeselin karena kadang suka bikin Yisan repot gitu.

Hong Deok Roo

Penjaga Sayap Kiri Yisan/Raja Jeongjo

Ibu Suri yg tiap muncul selalu bikin salfok

Sementara buat urusan OST, aku baru ngulik ketika drama ini udah kelar/tamat. Dan ternyata hampir semua track-nya nyantol di kuping. Tapi yang paling favorit buatku sih kayaknya lagu yang dinyanyiin sama Lee Sun Hee yang judulnya I'll Leave You. Itu OST-nya vibenya sedih beneeeerrrrrrrrr...... karena ya mulai muncul di episode-episode terakhir ketika kisah cinta Yisan-Deok Im mulai klimaks! Coba dengerin deh!

Selain I'll Leave You-nya Lee Sun Hee, secara pribadi aku suka lagu yang dinyanyiin Lia (ITZY) judulnya Always be Your Star. Tapi aku belakangan jadi suka juga yang I Wish yang dinyanyiin sama Wheein (Mamamoo). Itu gara-garanya abis liat statementnya Junho waktu jadi special DJ di MBC FM4U "Kim Shin Young's Hope Song at Noon". Junho bilang kalau OST favoritnya di TRS itu I Wish-nya Wheein. Saking sukanya dia bisa dengerin lagu itu tiap pagi sebelum syuting. Dan waktu ditanya kenapa dia suka lagu itu karena itu ngingetin dia sama masa-masa kecilnya Yisan sama Deok Im. Uuuuuuwwwwww...... gemesh deh!

Lee Sun Hee - I'll Leave You


Lia (ITZY) - Always be Your Star


Wheein (Mamamoo) - I Wish


Akhirnya.... akhirnyaaa.....
Sebelum aku mengakhiri tulisan yang cukup lumayan panjang ini, aku mau nambahin satu info lagi yang kelewatan belum aku tulis. Drama ini katanya diangkat dari novel yang berdasarkan kisah nyata. Jadi Raja Jeongjo, Seong Ui-Bin (Seong Deok Im) itu beneran ada dan kisah cintanya yang uwwww bikin gemes dan meleleh hati tuh beneran terjadi.

Di twitter aku pernah lihat postingan yang nge-share foto potongan manuskrip tulisan Seong Deok Im yang asli. Dan yaahh tulisannya memang bagus! Gak heran di drama dia dibilang sebagai seorang dayang istana yang memiliki tulisan bagus dan jago kaligrafi.

Selain itu, ada juga yang ngeshare cerita bahwa saking cintanya pada Seong Ui-Bin, Raja Jeongjo sampai bikin sebuah tulisan khusus yang diletakkan pada nisan pusara makam Seong Ui-Bin. MANA KATA-KATANYA ROMANTIS BANGET PULA...... *mengnanges sedih* *tapi aku lupa gak archieve threadnya. buat yang penasaran coba cari di twitter atau googling aja cerita Raja Jeongjo dan Seong Ui-Bin*

Dahlaaahh....
Kalau ditambahi terus infonya gak kelar-kelar nih tulisan.

Intinya, AKU SANGAT MEREKOMENDASIKAN DRAMA INI UNTUK KALIAN TONTON! Karena insya allah sih gak akan mengecewakan! Gak usah takut sama genre saeguknya. Karena konfliknya gak serumit drama saeguk yang lain. Meski ya tetep ngeselin! Teteup! Tapi bakal keobati sama uwu-uwu-tarik-ulur kisah cintanya Yisan/Deok Im kok. Dijamin! SERU!

I GIVE SCORE : 9/10
(Meski endingnya agak nganu.... tapi aku gak mau bahas disini! :p Kalian tonton sendiri aja biar tahu gimana nganunya... :p)

Nahh... buat yang mau marathon nonton, monggolah melipir ke VIU. Di sana lengkap episodenya... :D

HAPPY WATCHING.... :)

Source :
- Gambar:
Official twitter MBC Drama Pre @mbcdrama_pre
Official site MBC IMBC 
Screencapture from The Red Sleeve drama.

- Video :
Official Youtube MBC
JRUOST Youtube
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sesuai judul, "Hello Again, 31 January"

Sedikit enggak nyangka bakal nyampe di hari ini, di usia ini, dan di kondisi ini, yang sebenernya cukup bahagia tapi kayaknya masih ada yang kurang enggak tahu apa.

Banyak banget hal yang terjadi selama satu dekade terakhir. Selama menjalani usia 20-an. Banyak hal-hal baru, hal-hal yang gak nyangka bakal terjadi, hal-hal yang berubah, hal-hal yang bisa didapatkan juga yang harus diikhlaskan untuk dilepaskan. Orang-orang ada yang datang namun ada juga yang harus pergi, bahkan untuk selamanya.

Meski enggak semua pengalaman bisa dilakukan di satu dekade ke belakang, tapi setidaknya diriku di usia 20-an sudah mencoba berbagai hal dari yang membanggakan sampe membagongkan. Haha... iya, aku pernah melakukan sebuah 'kebodohan' dan aku gak akan pernah menyangkal hal itu.

Tapi dibanding mengingat kenangan buruk, aku ingin mengingat kenangan baik. Meski tak terlalu banyak juga.

Pergi umroh untuk pertama kali dan nonton konser grup idola (DAY6) untuk pertama dan mungkin juga terakhir menjadi dua hal yang ingin selalu kuingat. Cukup bertolak belakang sih yaa kondisinya, tapi gakpapa kan kehidupan dunia dan akhirat harus seimbang. *eh.

Selain itu apalagi ya?
Kecemasan? Tentang pekerjaan, jodoh dan pernikahan?

Sejujurnya aku gak terlalu memikirkannya. Aku cukup yakin bahwa semuanya sudah diatur Sang Khalik dan akan datang di waktu yang tepat.
Tapi ya namanya manusia pasti ada saat-saat dimana meragu dan menanyakan kapan 'waktu yang tepat' itu datang.
Bersyukurnya keluarga terutama ibuk adalah tipe orang-orang yang santai, yang gak terlalu menuntut untuk ini dan itu, terutama untuk segera menikah.

"Ya kalau belum ketemu jodohnya mau gimana? Doakan saja. Atau dibantu nyariin kenalan juga boleh. Barangkali cocok dan bisa berjodoh." Begitu kata ibuk setiap ada orang yang nanya kenapa anak bungsu perempuannya ini belum juga menikah.

Karena gak mau terlalu panjang (dan sejujurnya udah bingung mau nulis dan bilang apalagi) di akhir kata, sejujurnya aku gak mempersiapkan apapun untuk menyambut dekade baru masa usiaku ini.
Aku hanya berharap bisa menjadi orang yang lebih baik, gak lagi melakukan hal bodoh dan konyol seperti yang pernah aku lakukan. Menjadi orang yang lebih bisa mawas dan ngontrol diri. Karena kalau dipikir-pikir kadang kelakuan dan ucapanku enggak sinkron dengan usia.

Aku masih punya banyak hal yang pengen kucapai seperti pengen bisa nyelesaiin cerita yang kubikin, nerbitin buku, makin rajin baca, makin rajin ngeblog, dan hal-hal lain yang enggak bisa kutulis secara publik disini, aku cuma berharap pelan-pelan aku bisa punya semangat dan motivasi buat mewujudkannya. Tapi lagi-lagi aku nggak akan ngoyo. Aku tetap akan menjalaninya secara mengalir apa adanya.

Urusan menikah?
Mari kita tanyakan pada Allah Yang Maha Kuasa.

PS : atau ada yang mau bantu buat cari jodohnya?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Judul : Laki-laki ke-42
Penulis : Atalia Praratya
Penerbit : Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2021
ISBN : 9786020641065
Tebal : 128 hlm

Melihat nama Atalia Praratya sebagai penulis buku novel bertema cinta rasanya seperti sesuatu yang cukup unik dan menarik. Karena dalam kesehariannya, perempuan yang sering disapa Bu Cinta itu lebih dikenal sebagai Bunda dari segala bunda di Jawa Barat.
 
Terlepas dari beragam jabatan yang diembannya, menengok buku karya Bu Cinta adalah sebuah manifestasi rasa penasaran. Bagaimana seorang perempuan nomor satu di Jawa Barat menuangkan imajinasi dan kemampuannya dalam menyusun kata dan kalimat. Meski seharusnya tak perlu diragukan karena pengalaman dan latar belakang pendidikan beliau yang sangat mumpuni.
 
Laki-laki ke-42 ini bercerita tentang kehidupan Chiara yang cukup sederhana. Hidupnya digambarkan bahagia dengan ibu yang sangat menyayangi serta mendukungnya tapi sedikit protektif pada dirinya. Maklum anak perempuan.

Paras Chiara yang cantik juga menjadikannya banyak disukai oleh kaum adam. Begitu banyaknya sampai sang mamah iseng mengusulkan bagaimana jika Chiara mencatat nama-nama laki-laki itu sekaligus bagaimana cara mereka mendekatinya. Toh perempuan itu sedari kecil suka menulis buku harian dan mencatat segala hal.

Hingga dari sekian banyak lelaki yang mendekati Chiara, laki-laki ke-42 lah yang akhirnya berhasil terpilih dan menjadi pendamping hidup Chiara.
Lantas siapakah laki-laki ke-42 itu?
Baca aja biar tahu jawabannya. Ehehee...
(P.S. also a little spoiler: Buat yang ngikutin Bu Atalia dan suami, pasti bisa menebak siapa yang ada di balik cerita Chiara atau siapa sosok asli Chiara juga siapa sosok laki-laki ke-42 yang berhasil memenangkan Chiara di cerita ini.
Karena yaaa sejelas ituu... yang mengikuti sosok beliau-beliau tersebut pasti langsung sadar!
Gemas!
Sekaligus bikin iri... *eh*)


Jujur, ketika pertama kali pegang buku ini sekitar dua bulanan yang lalu (begitu bukunya sampe dan selesai kubuka dari bungkus paketannya) aku langsung mikir dan nyeletuk, "Wah, ini sih bacanya pasti  cepet. Sekali duduk juga langsung habis. Gak pake lama..."

Dan bener ajaa.. Begitu mulai baca... bawaannya santai, ngalir dan seru. 
Ibarat naik mobil kayak lagi di jalan tol yg sepi. Lancar dan bebas hambatan. 
Gak kerasa lembar demi lembar terlewati. Sampe lebih kurang satu jam aku udah selesai baca bukunya. Bacanya juga biasa aja, gak ngebut, gak dicepet-cepetin, apalagi dilwatin. Gak! Dibaca normal semua. Bahkan di beberapa kalimat ada yang kuulang karena aku suka.


Karena ceritanya yang super duper ringan dan hampir gak ada konflik yang berat, baca buku ini juga gak bikin emosi jiwa. Rasanya enteeeenngg bangeett. Bahkan yang ada tuh malah mesam-mesem karena gemes campur iri liat Chiara yang dideketin banyak cowok. 

Rasa itu muncul mungkin karena didukung sama format penulisannya yang pake sudut pandang orang pertama, sehingga baca buku ini berasa kayak lagi baca buku harian. Buku hariannya Chiara. Efek lainnya seolah-olah pembaca tuh menjadi Chiara. Jadi bisa memahami perasaan yang dirasakannya.
Gemes!

Tapi karena secara garis besar buku ini mengangkat cerita cinta yang sepertinya berdasarkan kisah nyata, ceritanya meski ngalir, ringan, dan seru ada momen saat baca tuh tiba-tiba ngerasa bosen. Karena ya itu tadi, hampir gak ada konflik di cerita ini. Terlalu unyu dan uwu nyeritain Chiara yang dideketin sama cowok-cowok. Sehingga konflik/permasalahannya hanya sekadar gimana Chiara menghadapi cowok-cowok itu.


So, overall aku ngasih 7,8/10 buat buku ini.

Buku ini cocok dibaca untuk semua umur. Baik anak-anak remaja yang beranjak dewasa, yang ada di masa-masa naksir-naksir ditaksir hingga dewasa yang meski kisah cintanya gak semulus Chiara tapi kepengen juga, bisa baca buku ini.
Buat orang tua yang punya anak remaja dan mulai naksir-naksiran sama temennya, bisa baca buku ini juga karena ada sosok Ibu Chiara meski gak terlalu di-ekspos keberadaannya, tapi bisa menjadi sosok orang tua yang bisa dicontoh kebijaksanaannya dalam mendidik dan menghadapi anak perempuannya. Selain itu juga bisa mendapat insight tentang bagaimana anak perempuan jika sedang didekati dan ditaksir sama lawan jenis. Lumayan bisa buat jaga-jaga gitu. Ehe....
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Newer Posts
Older Posts

About Me


Hai!! Namaku Fitrotul Aini.
Tapi panggil saja aku Fitri.
Hanya 'part time personal blogger' tapi 'full time dreamer'.
 Bisa klik DISINI untuk tahu tentang aku dan blog ini yang selengkapnya.

Terima kasih sudah mengunjungi blogku ini.
Enjoy your reading.. :)

Contact me on : 
fitrotulaini1@gmail.com
or
Find me on :

Pengunjung

Teman-Teman

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2022 (3)
    • ▼  Februari (1)
      • [REVIEW] The Red Sleeve : Kisah Cinta Sejati Sang ...
    • ►  Januari (2)
      • Hello Again, 31 January
      • [REVIEW] LAKI-LAKI KE-42 : Lika-liku Pertemuan Bel...
  • ►  2021 (8)
    • ►  April (1)
    • ►  Januari (7)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2019 (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (2)
  • ►  2017 (4)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  April (2)
  • ►  2016 (52)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (17)
    • ►  Februari (12)
  • ►  2015 (42)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (6)
  • ►  2014 (27)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (6)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2013 (13)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (4)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  Juli (3)
  • ►  2012 (47)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (9)
    • ►  Maret (6)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (9)
  • ►  2011 (59)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (8)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  Juli (9)
    • ►  Juni (8)
    • ►  Mei (6)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2010 (8)
    • ►  Desember (8)
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular

  • [REVIEW] WINGIT : Membaca dan Belajar dari Cerita 'Mereka'
    Judul : Wingit Penulis : Sara Wijayanto Penerbit : PT Elex Media Komputindo Tahun Terbit : 2020 ISBN : 978-623-00-2183-1 Halaman : vii + 244...
  • [REVIEW] Architecture 101 : Menyelesaikan Cinta Lama yang Belum Kelar
    Hola-hola... Bertemu lagi dengan hari Rabu.  Itu berarti jadwalnya #RabuReview yaa... Kali ini mau review film lagi nih... Film apa...
  • List OST Decendants of The Sun dan Dimana Pertama Kali Mereka Dimuncul-dengarkan (Bagian 1)
    Drama Korea Descendants of The Sun bener-bener jadi trending topik sekaligus penguasa rating dunia perdramaan Korea sekarang. Sejak pert...
  • Ngomongin Kiddle, Search Engine untuk Anak-Anak
    Haaiiii emak-emak.... *laahhh kenapa openingnya nyapa emak-emak?* Gak apa-apa. Pengen aja. Hahahahaa.... Siapa nih disini yang pernah nge...
  • Gelar Akademik, Perlu Gak Sih Dicantumin??
    Euummm..... Jujur, kalau aku... pertanyaan ini udah jalan-jalan di otakku udah sejak jaman dahulu kala. Sejak jaman orang-orang (menur...

Member

Member

Member

Emak2Blogger

Member

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose