WHEN THE STORY CONTINUED

by - Minggu, Desember 19, 2010

CHAPT 1 : SETELAH PERAYAAN

Cahaya mentari sedikit miring ketika masuk ke dalam kamar. Mataku menyipit karena terpaan cahanya yang berpendar ketika mngenai kulit pualam terindah. Tubuhku masih menyatu dengan tubuhnya. Sebuah perpaduan yang menyenangkan. Perayaan semalam sepertinya tak ingin kuakhiri. Namun tugasku telah menunggu. Sosok kecil di ruangan lain lebih membutuhkanku.

“Selamat pagi.” Suara selembut beledu menyapaku mesra.

“Selamat pagi.” Jawabku seraya melepaskan pelukannya, namun kudongakkan kepalaku untuk menciumnya.

“Malam yang indah.” Ucapnya di sela-sela ciuman kami yang intens.

Ya, hari ini adalah hari yang baru. Hari yang kutunggu-kutunggu. Setelah ketegangan selama berbulan-bulan. Akhirnya aku dan keluarga kecilku tak harus lagi dibayang-banyangi ketakutan. Aku, Edward, dan Renesmee.

“Apa kau masih ingin seperti ini sampai nanti siang?” sindir Edward.

Tubuhku masih bertaut padanya. Menyenangkan melihatnya sangat pas. Seolah-olah kami adalah kepingan puzzle yang diciptakan untuk saling melengkapi.

“Sebenarnya aku ingin perayaan ini tak berakhir. Tapi aku harus menyeimbangkan kehidupanku. Kau sendiri yang mengatakan bahwa aku harus bisa menyeimbangkan kehidupanku. Saat ini aku harus memerankan peranku sebagai ibu yang baik bagi putri mungilku. Nessie..” jawabku berdiplomatis.

Edward hanya tersenyum mendengar jawabanku yang diplomatis. Mungkin terdengar sangat konyol karena tak biasanya aku menjawab secara rasional. Edward terlalu mengerti bagaimana watakku. Aku yang selalu menginginkannya. Tapi kini aku ibu, ibu dari putri kecil yang sangat kucintai. Renesmee Carlie Cullen.

Aku melepaskan pelukanku dan berusaha bangkit namun Edward menahanku. Aku hanya mengerling padanya. Aku mengerti apa yang diinginkannya, dan itu sejalan dengan apa yang kuinginkan juga. Tapi aku harus konsisten. Aku berjalan menuju lemari pakaian super besar yang dirancang Alice sebagai hadiah ulang tahunku, mulai mencari-mencari pakaian yang cocok buatku. Aku sudah bisa membedakan bau denim dan jeans favoritku dengan gaun-gaun satin mengerikan yang disiapkan Alice.

Setelah berpakaian lengkap, aku kembali ke dalam kamar. Kulihat Edward masih diatas tempat tidur dengan tangan di belakang kepanya. Sepertinya ia memikirkan sesuatu. Atau ia hendak merayuku untuk kembali melanjutkan perayaan..??

“Kau sedang memikirkan apa sayang..??” tanyaku sambil lalu sambil aku merapikan dandananku di depan cermin.

“Hanya memikirkan sesuatu yang tidak penting. Ngomong-ngomong, kau cantik sekali hari ini. Mau kemana Mrs. Cullen?? “ jawab Edward sambil mengubah posisi tubuhnya, menelungkup sambil menopang dagu.

Aku berbalik berjalan Edward dan menciumnya sebentar kemudian keluar kamar.

Di luar kamar aku hanya tersenyum mengingat kejadian pagi ini. Rasanya begitu ringan. Mengingat hari-hari kemarin begitu berat. Mempertaruhkan hidup dan mati anakku. Ya anakku, yang kini menungguku di ruangan lain.

Kubuka pintu kamar Renesmee. Ia masih terlelap dalam box tidurnya. Mulut mungilnya membentuk huruf O mungil yang imut. Kakinya sedikit tertekuk karena panjan tubuh dan ukuran box tidurnya sudah hampir sama. Mungkin dalam waktu dekat aku dan Edward harus membelikan ranjang tidur untuk Nessie sebagai ganti box tidurnya ini. Aku berdiri di samping box tidurnya, memandanginya penuh cinta dan perasaan lega tak berani memegangnya karena takut membangunkannya. Aku baru hendak melangkah keluar kamar untuk membereskan ruangan-ruangan lain, tiba-tiba Nessie menggeliat bangun. Aku kembali berdiri di samping box tidurnya sambil tersenyum.

“Selamat pagi Nessie sayang..” sapaku lembut.

“Selamat pagi Momma…” jawabnya lirih sambil menguap dan mengusap-usap matanya.

Kukecup keningnya dan ia membalas mencium pipiku. Kuraih dia dan hendak mengangkatnya keluar dari box. Tapi ia malah mengelak dan menjulurkan tangan mungilnya ke pipiku. Ia menyuarakan apa yang ada di pikirannya. Ia masih saja suka ‘menunjukkan’ pikirannya daripada ‘mengatakannya’ padahal jika diperhatikan perbendaharaan katanya sudah sangat lengkap. Bahkan intonasi suaranya sudah mirip anak-anak dan sudah tak ‘cadel’ lagi layaknya balita.

Nessie menanyakan apa yang akan dilakukannya pagi ini. Bersamaku dan Edward, hanya aku dan Edward. Jujur aku belum punya rencana apa pun untuk pagi ini. Tiba-tiba Edward masuk dan menjawab.. “Bagaimana kalau hari ini kita kemping ke padang rumput favorit kita.” Edward mengerling padaku dan melingkarkan tangannya ke pinggangku. Nessie mengernyit, ia tak suka jika ia tidak mengerti topik pembicaraan seperti ini. Edward hanya tersenyum mengetahuinya.

“Kau nanti akan tau Nessie sayang. Dan Daddy sangat yakin kau pasti akan menyukainya sama seperti Mommamu dulu waktu pertama kali melihatnya.” Jawab Edward sambil mengelus-elus pipi Nessie dengan tangannya yang lain.

Mata Nessie melebar penasaran tapi tertarik. Kucubit pinggang Edward karena berani-beraninya dia menggodaku di depan Nessie. Kalau aku bukan vampire, pasti wajahku sekarang sudah bersemu merah karena saking malunya. Edward balas mencubitku. Nessie tertawa dari dalam boxnya melihat tingkah kami yang saling balas mencubit.

“Sudah-sudah..” kata Edward akhirnya. “Segera bersiap. Kita segera berangkat. Dandan yang cantik ya Nessie sayang. Daddy mau ke rumah grand dulu untuk mengambil mobil”

“Okke Daddy..” jawab Nessie sangat bersemangat.

“Sampaikan salam kami kepada mereka semua.” Teriakku menambahkan.

***

wait CHAPT 2 : PADANG RUMPUT

You May Also Like

0 comments