Kekasihku [dalam] Organisasiku

by - Jumat, Agustus 19, 2011

Witing tresno jalaran soko kulino.
Pepatah jawa itulah yang mungkin menjadi penggambaran yang pas tentang pasangan yang 'jadi' dalam satu organisasi.
Kerja sama dan kebersamaan yang rutin bisa menjadikan benih-benih cinta muncul diantara dua orang di dalam satu organisasi.
Memang tak ada yang salah dengan yang namanya jatuh cinta dan juga menjalin hubungan cinta karena itu adalah anugerah dalam Tuhan Yang Maha Esa. Tapi jika itu terjadi dalam sebuah organisasi yang menyinggung banyak orang. Dalam postinganku kali ini aku ingin sedikit membagikan pendapatku tentang fenomena berpacaran dalam satu organisasi.
Jika dilihat dari sisi postitf, jika kita berpacaran dalam satu organisasi bisa menambah semangat dalam bekerja. Akan mengerjakan tugas-tugas dalam organisasi dengan sebaik mungkin karena akan merasa malu dengan pasangan kalau hasil kerja kita tidak maksimal. Mobilitas transportasi dalam bekerja juga semakin efisien karena berada dalam satu lingkungan kerja.
Jika ada sisi positif juga pasti ada sisi negatif. Sisi negatif kondisi ini adalah terciptanya suasana kerja yang mungkin agak sedikit canggung. Selain suasana yang canggung mungkin akan terjadi beberapa penolakan pembagian kerja. Kita misalkan begini, Ani dan Budi berada dalam satu organisasi dan status mereka berpacaran, kemudian Mira dalam pembagian tugas kerja harus bekerja bersama dengan Budi, kemungkinan besar Mira akan menolak pembagian tugas tersebut dan memilih bekerja dengan anggota yang lain dengan alasan 'sungkan' dengan Budi meskipun Ani dan Budi sudah berkata mereka akan bekerja secara profesional dan akan memisahkan kehidupan pribadi dan organisasi. Tapi tetap saja rasa 'sungkan' itu akan timbul. Bukan karena ingin menjaga jarak, tapi 'sungkan' dan ingin menjaga perasaan pasangan yang berpacaran.
Kemudian jika suatu saat pasangan yang berpacaran tadi sedang ada konflik, secara tak sadar pasti akan terbawa ke dalam organisasi. Memang mereka tidak akan terang-terangan bertengkar di organisasi, tapi yang namanya orang sedang berkonflik pasti terlihat, entah tidak mau duduk bersebelahan saat rapat atau menolak bekerja dalam satu tim. Yang lebih parah lagi jika konflik mereka sampai berimbas pada keadaan organisasi.
Melihat situasi seperti ini, saya pribadi punya pengalaman. Dalam organisasi yang saya ikuti waktu SMA dulu, yaitu ekstrakurikuler PASKIBRA memiliki peraturan dimana sesama anggota aktif Paskib dilarang berpacaran. Awal mendengar peraturan ini jelas teman-teman sangat keberatan tapi setelah dijalani kami sangat bersyukur. Bersyukur karena apa..??
1. Kinerja tim dalam organisasi berjalan sangat lancar dan kompak. Tak ada penolakan pembagian tugas karena sungkan dengan pasangan yang berpacaran.
2. Organisasi menjadi sangat solid. Tak ada konflik. Jika ada konflik dipastikan bukan konflik karena 'berpacaran'.
3. Kami dalam satu angkatan menjadi sangat kompak. Tak ada rasa sungkan, tak ada rasa malu, tak ada rasa benci karena dulu pernah pacaran dan putus. Hahahahaa... Bahkan sampai sekarang kami masih kompak. Bisa dibilang kami sudah seperti saudara dan keluarga.

Kesimpulannya sih aku pribadi termasuk orang yang berada dalam sisi menolak keadaan seperti ini. Keadaan dimana dalam satu organisasi ada anggota yang berpacaran. Tapi jika dalam dalam suatu organisasi mengijinkan sesama anggotanya berpacaran yaa aku mengikuti aja.. :)
Itu siih pendapatku tentang fenomena pacaran dalam satu organisasi. Kalau ada yang setuju ya alhamdulillah. Kalau ada yang nggak setuju ya silahkan-silahkan aja. Kan berbeda pendapat itu indah... :)

You May Also Like

2 comments